Jumat, 21 Oktober 2011

Kawasan Kuliner GOR Purwokerto – serasa bukan di Purwokerto

“Kayak bukan di Purwokerto”.  B egitu komentar anak gadisku Nida saat  melintas di jalan sepanjang  depan  GOR Satria Purwokerto. Ya, malam itu malam minggu, begitu banyak mobil parkir berjejer di situ. Ramai kendaraan dan tentu saja orang, ditambah bunyi sempritan tukang parkir yang seakan bersahut-sahutan, menambah suasana malam itu seperti bukan di Purwokerto, yang selama ini dikesankan sepi dengan arus lalu lintas teramat lancar.  Ada apa di ‘daerah’ GOR memangnya?

Kawasan GOR secara alamiah sudah berkembang menjadi area kuliner kota Purwokerto. Dikatakan alamiah karena tidak ‘by design’ oleh pemerintah saya kira. Kawasan ini tumbuh mengikuti  ‘ hukum pasar’ perkembangan suatu kawasan. Ada permintaan akan kawasan kuliner dimana orang bisa memilih tempat dan menu/jenis makanan yang sesuai selera,  dan para pengusaha merespon dengan membangun kawasan menjadi sederatan ruko atau bangunan yang memang didesign untuk sebuah rumah makan/resto. Tidak pernah terdengar sebelumya bahwa kawasan  GOR  secara sengaja didesign sebagai kawasan kuliner kota Purwokerto. 

Sejarahnya bisa dirunut dari dimulainya pemindahan pusat keramaian public dari alun-alun ke kawasan GOR. Terlebih sejak upaya Pemkab Banyumas merenovasi alun-alun dan mensterilkannya dari pedagang kaki lima. Maka hari Minggu pagi kegiatan ‘jalan-jalan’ warga berpindah dari alun-alun ke GOR. Maka, para pedagang kaki lima pun berpindah mengikuti keramaian ini. ada pedagang bubur ayam, nasi pecel, gudeg, mendoan dll yang menggunakan tenda di pinggir jalan. Lama-lama tidak hanya saat hari minggu mereka buka. Tiap pagi mereka mangkal di situ. 

Nah melihat suasana makin ramai, maka beberapa pengusaha mulai membangun rumah makan permanen di situ dengan jam buka siang hingga malam. Maraknya bisnis waralaba, termasuk di bidang kuliner, menambah ramai bisnis kuliner di kawasan ini. Sekarang anda bisa datang ke kawasa itu dan mau makan apa yang anda inginkan ada di situ: ayam, lele, iga, gudeg, bebek, ikan, sampai menu makanan yang tradisional Banyumas seperti tahu kupat, soto,mendoan dll. Jadilah kawasan GOR menjadi kawasan kuliner lengkap di kota satria Purwokerto.

Kawasan ini akan bertambah ramai dan harga tanah pasti melambung. Ditambah dengan pembangunan hotel bintang empat di perempatan DKT –hanya 500 meter dari kawasan GOR—selain hotel yang sudah exist, dipastikan akan menjadi tempat yang semakin ramai. Ke depan orang akan merasa sayang kalau ke Purwokerto tidak mampir ke kawasan GOR. Tentu saja masih ada kawasan kuliner lain, namun bersifat khusus seperti di Jalan Bank yang terkenal dengan ‘soto jalan bank’-nya atau Sokaraja dengan soto Sokarajanya dan gethuk gorengnya. Juga Sawangan kalau Anda ingin membeli mendoan untuk oleh-oleh.
Jadi untuk urusan makan, anda tidak perlu bingung lagi pergi kemana. Datang saja ke kawasan GOR, maka tentukan di situ anda mau makan apa?

Mutiara Pratama, 22 Oktober 2011