Brug Kali Belang, demikian masyarakat sekitar menamainya. Terletak di km 3 dari stasiun KA Bumiayu arah Cirebon, tepatnya di Desa Galuhtimur, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Indonesia, jembatan kereta ini memiliki keunikan tersendiri. Berdiri kokoh dengan penyangga tiang beton berwujud seperti tangga, berjumlah 22 tiang. Keunikan lain adalah adanya jembatan 'kedua' di anak tangga paling atas, terbuat dari papan-2 kayu yang ditata di atas penyanga besi (rel KA) yang melintang antar tiang jembatan, plus pegangan tangannya. 'Powotan' ini dipakai untuk lewat manusia, sehingga jadilah jembatan Kalibelang sebagai 'jembatan bertingkat' . Pastilah 'second bridge' ini dibangun agar penduduk sekitar yang akan pergi ke ladang atau pergi ke antar pedukuhan (yang terdekat dukuh Karangasem dan Kalipucung) tidak melewati rel KA, yang tentu saja sangat beresiko. Tidak ada informasi apakah 'powotan' untuk orang ini dibangun bersamaan atau setelah ada kecelakaan. Yang jelas sangat membantu warga setempat. Bahkan motor pun bisa lewat di jembatan kedua ini.
Kali Belang-nya sendiri tidak lah merupakan sungai besar. Namun cekungan yang menghubungkan antar bukit cukup panjang, sekitar 150 mtr. (lihat gambar kali)
Dari sejumlah 22 tiang, ada dua tiang yang saing berdempetan (tiang no.11 dan 12). Kedua 'saka' ini dijuluki 'saka penganten' oleh warga dan ada yang mempercayainya sebagai saka yang angker... hiiii. Jadi bangunan cor beton yang menyangga rel KA tidaklah nyambung jadi satu, tapi terpisah oleh ruang sekitar 20 cm, dari atas sampai bawah. Yang nyambung tentu rel-nya. Ini tentu sudah diperhitungkan para insinyur negeri Kincir Angin waktu itu, agar jembatan tahan terhadap goncangan roda besi dan terpaan angin atau gempa. Sungguh pemikiran yang jenius.
Bagi peminat bangunan sipil, konstruksi jembatan ini tentu menarik. Sudah berusia hampir se-abad namun masih kokoh berdiri. Hanya saja kayu-kayu 'powotan' dan pegangan tangan sudah tampak keropos, mungkin karena sering terkena air selain usianya yang memang sudah renta. Namun konstruksi beton masih kokoh. Tentu hal ini karena pilihan bahan yang benar dan waktu itu barangkali 'tidak ada korupsi dan mark up'...