“Kayak bukan di Purwokerto”.
B egitu komentar anak gadisku Nida saat
melintas di jalan sepanjang depan
GOR Satria Purwokerto. Ya, malam itu
malam minggu, begitu banyak mobil parkir berjejer di situ. Ramai kendaraan dan
tentu saja orang, ditambah bunyi sempritan tukang parkir yang seakan
bersahut-sahutan, menambah suasana malam itu seperti bukan di Purwokerto, yang
selama ini dikesankan sepi dengan arus lalu lintas teramat lancar. Ada apa di ‘daerah’ GOR memangnya?
Kawasan GOR secara alamiah sudah berkembang menjadi area
kuliner kota Purwokerto. Dikatakan alamiah karena tidak ‘by design’ oleh
pemerintah saya kira. Kawasan ini tumbuh mengikuti ‘ hukum pasar’ perkembangan suatu kawasan.
Ada permintaan akan kawasan kuliner dimana orang bisa memilih tempat dan
menu/jenis makanan yang sesuai selera, dan para pengusaha merespon dengan membangun
kawasan menjadi sederatan ruko atau bangunan yang memang didesign untuk sebuah
rumah makan/resto. Tidak pernah terdengar sebelumya bahwa kawasan GOR secara sengaja didesign sebagai kawasan
kuliner kota Purwokerto.
Sejarahnya bisa dirunut dari dimulainya pemindahan pusat
keramaian public dari alun-alun ke kawasan GOR. Terlebih sejak upaya Pemkab
Banyumas merenovasi alun-alun dan mensterilkannya dari pedagang kaki lima. Maka
hari Minggu pagi kegiatan ‘jalan-jalan’ warga berpindah dari alun-alun ke GOR.
Maka, para pedagang kaki lima pun berpindah mengikuti keramaian ini. ada
pedagang bubur ayam, nasi pecel, gudeg, mendoan dll yang menggunakan tenda di
pinggir jalan. Lama-lama tidak hanya saat hari minggu mereka buka. Tiap pagi
mereka mangkal di situ.
Nah melihat suasana makin ramai, maka beberapa pengusaha
mulai membangun rumah makan permanen di situ dengan jam buka siang hingga
malam. Maraknya bisnis waralaba, termasuk di bidang kuliner, menambah ramai bisnis
kuliner di kawasan ini. Sekarang anda bisa datang ke kawasa itu dan mau makan
apa yang anda inginkan ada di situ: ayam, lele, iga, gudeg, bebek, ikan, sampai
menu makanan yang tradisional Banyumas seperti tahu kupat, soto,mendoan dll.
Jadilah kawasan GOR menjadi kawasan kuliner lengkap di kota satria Purwokerto.
Kawasan ini akan bertambah ramai dan harga tanah pasti
melambung. Ditambah dengan pembangunan hotel bintang empat di perempatan DKT
–hanya 500 meter dari kawasan GOR—selain hotel yang sudah exist, dipastikan
akan menjadi tempat yang semakin ramai. Ke depan orang akan merasa sayang kalau
ke Purwokerto tidak mampir ke kawasan GOR. Tentu saja masih ada kawasan kuliner
lain, namun bersifat khusus seperti di Jalan Bank yang terkenal dengan ‘soto
jalan bank’-nya atau Sokaraja dengan soto Sokarajanya dan gethuk gorengnya.
Juga Sawangan kalau Anda ingin membeli mendoan untuk oleh-oleh.
Jadi untuk urusan makan, anda tidak perlu bingung lagi pergi
kemana. Datang saja ke kawasan GOR, maka tentukan di situ anda mau makan apa?
Mutiara Pratama, 22 Oktober 2011