Masjid Agung Banten |
Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengunjungi kota Serang, ibukota propinsi Banten yang merupakan 'pecahan' atau pemekaran propinsi Jawa Barat. Ditemani seorang teman yang sedang mengerjakan proyek properti di Banten (Serang City -- thank to Firjon) dan driver yang asli Banten sehingga tahu peta jalan, saya mengunjungi beberapa tempat, salah satunya adalah peninggalan sejarah yang masih exist di Banten yaitu Masjid Agung Banten yang terletak di kota Banten lama. Ini pertama kalinya saya bisa sampai di kota Serang.
Saat saya berkunjung, tidak banyak 'peziarah' yang datang. Pedagang yang menempati lapak-lapak di sekitar masjid pun hanya beberapa yang buka. Mungkin karena masih suasana awal bulan puasa dan bukan hari libur sehingga tidak begitu ramai. Menurut informasi, justru menjelang Ramadhan masjid ini ramai dikunjungi para peziarah. Para pedagang di situ umumnya menjual asesoris-asesoris muslim seperti tasbih, peci/kopiah, dll. Juga aneka macam jajanan manisan/asinan untuk oleh-oleh. Sayang lapak-lapak yang terbuat dari kayu dan bambu tampak kumuh, sampah berserakan di sana-sini, sehingga mengganggu pandangan. Pengelola peninggalan sejarah yang menjadi salah satu obyek wisata ini sepertinya perlu menata kompleks di sekitar masjid agar pengunjung merasa nyaman. Akses jalan juga sempit. Demikian juga tempat parkir mobil belum memadai.
Bagian dalam masjid |
Tapi kondisi tersebut tidak mengurangi kekaguman pada masjid yang dibangun di abad 16 ini. Menara 'gemuk' yang kokoh berdiri mengingatkan saya pada buku sejarah (SMP?), karena foto masjid dan menaranya dimuat dalam bab "Era Kerajaan Islam Nusantara". Meskipun sudah mengalami beberapa kali renovasi (1969, 1975, 1991 -- menurut prasasti yang dipasang di serambi masjid), jejak-jejak bahwa masjid ini adalah bangunan tua masih sangat kental terlihat.
Tiang-tiang kayu yang kokoh, tembok yang tebal, mimbar untuk khotib, lampu-lampu antik dan makam di sebelah masjid serta menara yang tegak menjulang, juga bentuk arsitektur masjid dengan atap berundak-undak menjadi bukti kongkrit peninggalan berharga warisan kerajaan/kesultanan Banten.
Kolam di depan masjid |
Di depan serambi, ada empat kolam yang dahulu berfungsi sebagai tempat wudlu. Konon di kolam itu ada sumber mata air yang selalu mengalir, namun karena mata airnya banyak mengandung lumpur, kolam sudah tidak difungsikan sebagai tempat mengambil air wudlu. Masjid ini nama lengkapnya adalah Masjid Agung Sultan Banten Maulana Hasanudin biasa disebut Masjid Agung Banten. Alhamdulillah, saat berkunjung bertepatan dengan waktu sholat Dzuhur, sehingga saya pun berkesempatan bersujud di masjid bersejarah ini.
Tentang sejarah Masjid Agung Banten sendiri, pasti sudah banyak ditulis orang. Untuk Anda saya nukilkan di sini salah satu tulisan sbb:
Masjid Agung Banten adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tidak hanya dari Banten dan Jawa Barat, tapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa.
Masjid Agung Banten terletak di Desa Banten Lama, sekitar 10 km sebelah utaraKota Serang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin(1552-1570), sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia adalah putra pertama dariSunan Gunung Jati.
Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China yang juga merupakan karya arsitek Cina yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.
Di masjid ini juga terdapat kompleks pemakaman sultan-sultan Banten serta keluarganya. Yaitu makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar. Sementara di sisi utara serambi selatan terdapat makamSultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin, dan lainnya.
Masjid Agung Banten juga memiliki paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti Masjid ini. Paviliun dua lantai ini dinamakan Tiyamah. Berbentuk persegi panjang dengan gaya arsitekturBelanda kuno, bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Hendick Lucasz Cardeel. Biasanya, acara-acara seperti rapat dan kajian Islami dilakukan di sini. Sekarang bangunan ini digunakan sebagai tempat menyimpan barang-barang pusaka.
Menara yang menjadi ciri khas Masjid Banten terletak di sebelah timur masjid. Menara ini terbuat daribatu bata dengan ketinggian kurang lebih 24 meter, diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter. Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus ditapaki dan melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang. Pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai dapat terlihat di atas menara, karena jarak antara menara dengan laut yang hanya sekitar 1,5 km.
Dahulu, selain digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan, menara yang juga dibuat oleh Hendick Lucasz Cardeel ini digunakan sebagai tempat menyimpan senjata.(http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Agung_Banten)
Pintu masuk masjid - tembok tampak sangat tebal |
Miniatur Masjid Agung Banten |