Selamat datang di Papua New Guinea (PNG) ditulis dalam bahasa Inggris PNG menjadi Welkam long Papua Nugini. Ya! Ucapan sama dengan penulisan. Selamat tinggal ditulis Gud Bai (bukan Good Bye). Itulah yang tertulis di gerbang perbatasan RI dengan PNG.
Dari Jayapura kurang lebih ditempuh 2 jam perjalanan melewati Abepura, kemudian daerah transmigrasi Koya (? -- penghasil sayur mayur untuk Jayapura dan sekitarnya). Jalan menuju pos perbatasan tergolong mulus dan lebar. Tentu saja banyak melewati semak belukar dan hutan. Lalu lalang kendaraan pun dari Koya ke perbatasan hanya sesekali kita berpapasan dengan kendaraan lain. Namun di hari libur cukup banyak orang tertarik untuk 'menyeberang' melewati pos perbatasan. Tentu saja tidak perlu passport, hanya lapor ke pos penjagaan TNI dan Polri. Karena memang hanya beberapa puluh meter saja dari gerbang perbatasan.
Di dearah Koya (?) ditemui lapak-lapak tempat petani menjual hasil pertanian. Jagung rebus hampir selalu ada di lapak itu. Dan dengan sapaan "Pinten reginipun, bu"(Berapa harganya Bu), maka saya berharap mendapat jawaban bahasa Jawa juga dan (ngarep.com) harga yang lebih murah. He3
Melewati tapal batas RI PNG di timur (tepatnya tenggara kali ya)Jayapura menjadi sensasi tersendiri. Bagaimana daerah-2 perbatasan dibangun tampak dari infra struktur yang ada. Jalan raya tergolong bagus. Demikian pulasarana kesehatan semacam Puskesmas yang ditilik dari bangunan terlihat baik.
Dan yang terlihat dari atas bukit adalah pantai dan perkampungan PNG paling dekat dengan perbatasan RI yang .... wow! pantainya terlihat sangat indah. Sebagaimana di Papua yang menjadi bagian dari NKRI, pantai di PNG pun sama indahnya. Pantai yang kelandaiannya tidak jauh, namun langsung bersentuhan dengan pegunungan. Hal yang saya temui juga di Pantai Tablanusu, 2 jam ke barat dari Sentani. Keindahan alam Papua tidak terbantahkan!
Oh ya, di daerah Koya (?) ada tempat pemancingan yang ramai dikunjungi di akhir pekan oleh pengunjung dari Jayapura, Abepura dan Sentani. Selain tujuan memancing, juga sekalgus membeli oleh-2 sayuran yang dijajakan di lapak pinggir jalan. Sayur mayur termasuk 'barang mewah' menurut saya di Indonesia Timur karena jarang ditemui di rumah2 makan.
Tentang pantai Tablanusu dan danau Sentani, dan juga monumen Mac Arthur akan diceritakan di posting yang terpisah... "Papua... gunung-gunung menjulang, sungai mengalir deras, mengalirkan emas...." bunyi sebuah lagu daerah yang hampir setiap pagi saya dengar selama dua minggu berada di tanah Papua. Ya, Papua memang luar biasa!
Dari Jayapura kurang lebih ditempuh 2 jam perjalanan melewati Abepura, kemudian daerah transmigrasi Koya (? -- penghasil sayur mayur untuk Jayapura dan sekitarnya). Jalan menuju pos perbatasan tergolong mulus dan lebar. Tentu saja banyak melewati semak belukar dan hutan. Lalu lalang kendaraan pun dari Koya ke perbatasan hanya sesekali kita berpapasan dengan kendaraan lain. Namun di hari libur cukup banyak orang tertarik untuk 'menyeberang' melewati pos perbatasan. Tentu saja tidak perlu passport, hanya lapor ke pos penjagaan TNI dan Polri. Karena memang hanya beberapa puluh meter saja dari gerbang perbatasan.
Di dearah Koya (?) ditemui lapak-lapak tempat petani menjual hasil pertanian. Jagung rebus hampir selalu ada di lapak itu. Dan dengan sapaan "Pinten reginipun, bu"(Berapa harganya Bu), maka saya berharap mendapat jawaban bahasa Jawa juga dan (ngarep.com) harga yang lebih murah. He3
Melewati tapal batas RI PNG di timur (tepatnya tenggara kali ya)Jayapura menjadi sensasi tersendiri. Bagaimana daerah-2 perbatasan dibangun tampak dari infra struktur yang ada. Jalan raya tergolong bagus. Demikian pulasarana kesehatan semacam Puskesmas yang ditilik dari bangunan terlihat baik.
Dan yang terlihat dari atas bukit adalah pantai dan perkampungan PNG paling dekat dengan perbatasan RI yang .... wow! pantainya terlihat sangat indah. Sebagaimana di Papua yang menjadi bagian dari NKRI, pantai di PNG pun sama indahnya. Pantai yang kelandaiannya tidak jauh, namun langsung bersentuhan dengan pegunungan. Hal yang saya temui juga di Pantai Tablanusu, 2 jam ke barat dari Sentani. Keindahan alam Papua tidak terbantahkan!
Oh ya, di daerah Koya (?) ada tempat pemancingan yang ramai dikunjungi di akhir pekan oleh pengunjung dari Jayapura, Abepura dan Sentani. Selain tujuan memancing, juga sekalgus membeli oleh-2 sayuran yang dijajakan di lapak pinggir jalan. Sayur mayur termasuk 'barang mewah' menurut saya di Indonesia Timur karena jarang ditemui di rumah2 makan.
Tentang pantai Tablanusu dan danau Sentani, dan juga monumen Mac Arthur akan diceritakan di posting yang terpisah... "Papua... gunung-gunung menjulang, sungai mengalir deras, mengalirkan emas...." bunyi sebuah lagu daerah yang hampir setiap pagi saya dengar selama dua minggu berada di tanah Papua. Ya, Papua memang luar biasa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar