Universal Studio menjadi salah satu daya tarik Singapura. Tulisan ini semata ingin menunjukkan bagaimana pengelolaan obyek wisata dilakukan profesional. Universal Studio kesan saya menampilkan miniatur berbagai peradaban baik kuno dan modern, fantasi maupun faktual. Gabungan masa lalu dan masa kini, tradisional dan modern, imajinasi dan realita. The lost world, jurassic park, shrak (maaf kalau salah tulis) adalah fantasi-fantasi masa lalu dan juga masa kini. Spink, piramida adalah bagian peradaban masa lalu, namun Hollywood dan New York adalah ciri kemodernan.
Bersih adalah ciri utama Singapura, tak terkecuali Universal Studio. Keteraturan dan disipin juga tercermin di sini. Satu pengalaman unik, ketika seorang teman mencoba menjual tiket lebih (karena beberapa orang anggota rombongan tidak jadi berangkat ke Universal Studio dan tiket sudah dibeli jauh hari sebelumnya) kepada calon pengunjung lain, ketika sedang menawarkan tiket dengan diskon kepada orang Malaysia, begitu ketahuan oleh petugas langsung diingatkan untuk membeli tiket di loket resmi. Percaloan dilarang.... dan temanku tersipu malu. "Ketahuan kalau Indonesia banget" (he3.... maaf jangan ada yang tersinggung ya, ini fakta bahwa di negeri kita praktek percaloan masih ada, dan saya setuju itu bukan praktek yang baik).
Universal Studio adalah bagian dari indutri kreatif Singapura saya kira. Ketika negeri ini tidak punya keindahan alam (pantai, gunung, gua) untuk dijual kepada wisatawan, atau peninggalan sejarah monumental (seperti candi, bangunan kuno, situs,dll) maka membuat bangunan baru dengen mengimitasi peradaban dunia adalah pilihan tepat. Sama seperti kreatifitas Singapura menggelar balapan F1 di jalanan kota Singapura. Tidak perlu membangun sirkuit, karena lahan yang terbatas, namun highway disulap menjadi track balapan yang tersohor ke seluruh penjuru dunia, dan penggila balapan datang ke negara kota ini. Selain tentunya menjadi sangat terkenal karena F1 disiarkan televisi ke seluruh dunia.
Tanpa kehilangan kecintaan pada negeri sendiri Indonesia, kita tidak perlu malu belajar hal yang baik dari negeri tetangga.... (awal Des 2011)
Bersih adalah ciri utama Singapura, tak terkecuali Universal Studio. Keteraturan dan disipin juga tercermin di sini. Satu pengalaman unik, ketika seorang teman mencoba menjual tiket lebih (karena beberapa orang anggota rombongan tidak jadi berangkat ke Universal Studio dan tiket sudah dibeli jauh hari sebelumnya) kepada calon pengunjung lain, ketika sedang menawarkan tiket dengan diskon kepada orang Malaysia, begitu ketahuan oleh petugas langsung diingatkan untuk membeli tiket di loket resmi. Percaloan dilarang.... dan temanku tersipu malu. "Ketahuan kalau Indonesia banget" (he3.... maaf jangan ada yang tersinggung ya, ini fakta bahwa di negeri kita praktek percaloan masih ada, dan saya setuju itu bukan praktek yang baik).
Universal Studio adalah bagian dari indutri kreatif Singapura saya kira. Ketika negeri ini tidak punya keindahan alam (pantai, gunung, gua) untuk dijual kepada wisatawan, atau peninggalan sejarah monumental (seperti candi, bangunan kuno, situs,dll) maka membuat bangunan baru dengen mengimitasi peradaban dunia adalah pilihan tepat. Sama seperti kreatifitas Singapura menggelar balapan F1 di jalanan kota Singapura. Tidak perlu membangun sirkuit, karena lahan yang terbatas, namun highway disulap menjadi track balapan yang tersohor ke seluruh penjuru dunia, dan penggila balapan datang ke negara kota ini. Selain tentunya menjadi sangat terkenal karena F1 disiarkan televisi ke seluruh dunia.
Tanpa kehilangan kecintaan pada negeri sendiri Indonesia, kita tidak perlu malu belajar hal yang baik dari negeri tetangga.... (awal Des 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar