|
Pesona Danau Sentani_nayla salsabila |
Saya sungguh bersyukur
bisa mendapat tugas kantor ke berbagai penjuru nusantara, sehingga bisa
menikmati keindahan berbagai belahan bumi katulistiwa ini. Koes Plus yang
menciptakan lagu berjudul Nusantara sampai beberapa seri tidaklah salah, karena
pesona nusantara memang sangatlah memukau. Salah satunya adalah pesona danau
Sentani, di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Selain menikmati pesona alam, juga tak terlupakan pengalaman
kuliner: menikmati masakan khas suatu daerah di tempat asalnya. Sik asik ‘kan?
Salah satu kesempatan yang
tidak pernah terlupakan adalah ketika bertugas di Papua. Dari semenjak
mendengar kabar saya akan bertugas untuk memberikan pelatihan dan pendampingan
di sana, langsung teringat sebuah danau yang fotonya pernah dikirim oleh
seorang teman di Papua (Raymond – Tks a lot).
Dari sumber bacaan di http://mepow.wordpress.com, danau Sentani merupakan danau vulkanik, berada 70 – 90 m diatas
permukaan laut. Terletak juga di antara pegunungan Cyclops. Sumber airnya
berasal dari 14 sungai besar dan kecil dengan satu muara sungai, Jaifuri Puay.
Diwilayah barat, Doyo lama dan Boroway, kedalaman danau sangat curam. Sedangkan
sebelah timur dan tengah, landai dan dangkal, Puay dan Simporo. Disini juga
terdapat hutan rawa di daerah Simporo dan Yoka. Dalam beberapa catatan
disebutkan, dasar perairannya berisikan substrat lumpur berpasir (humus). Pada
per-airan yang dangkal, ditumbuhi tanaman pandan dan sagu. Luasnya sekitar
9.360 Ha dengan kedalaman rata rata 24,5 meter. Di sekitaran danau ini terdapat
24 kampung. Tersebar dipesisir dan pulau-pulau kecil yang ada ditengah danau.
Bagaimana menikmati
keindahan danau Sentani? Saya datang ke tepian danau, dari jalan raya Jayapura
- Sentani masuk ke selatan dengan jalan beraspal lebar dan halus. Malintasi
jalan menuju tepian danau, kita melewati kebun (atau hutan?) sagu dan saya
sempat melihat orang-orang yang sedang menebang dan memotong batang pohon sagu.
Saya pun tak melupakan berfoto dengan salah satu dari mereka. Air danau membiru
dengan ombak kecil menggoyang perahu kecil yang hendak menyeberang ke pulau
kecil yang berpenghuni. Angin semilir menerpa wajah, sehingga sinar matahari
siang itu tidak terasa menyengat kulit.
Namun sensasi terindah
adalah menikmati pesona danau Sentani dari sebuah kawasan bukit bernama Ifar
Gunung, dimana di situ terdapat monumen Jenderal Douglas MacArthur, seorang
Jenderal tentara sekutu pada Perang Dunia II. Monumen itu berdiri di atas bukit
di daerah bernama Ifar Gunung, yang belakangan lebih terkenal sebagai Bukit
Makatur. Nah dari atas bukit itu, kita bisa melihat pesona danau Sentani, kota
Sentani dan bandara Sentani.
|
Tugu monumen MacArthur |
Ditemani seorang pegawai
yang berasal dari Buton Sulawesi (Rusman) dan sopir dari Jayapura (keturunan
Chinese Makasar, saya lupa namanya, tapi thanks untuk Merlin Nussy yang sudah
merelakan sopir dan juga mobilnya untuk mengantar saya). Hanya butuh waktu
sekitar 15 menit dari Sentani untuk mencapai monumen melewati jalan yang
mulus dan berkelok, namun sempit. Sebelum sampai di lokasi, kami melapor ke pos
penjagaan kawasan Resimen Induk Kodam (Rindam) XVII Cendrawasih. Lokasi Bukit
Makatur berada di dalam kawasan Rindam sehingga kita diharuskan melapor
terlebih dahulu sebelum memasukinya. Kalau
sedang ada latihan tentara, maka kita tidak diperbolehkan masuk kawasan.
Sepanjang jalan suasana terasa sejuk karena
berada diantara pepohonan akasia yang rimbun. Di sebelah barat kelihatan Gunung
Cyclops, yang puncaknya sering berkabut. Nah di sebelah selatan, atau kanan
jalan menuju bukit sudah tampak danau Sentani dan kota Sentani serta bandaranya
yang landasannya membujur sejajar dengan kota Sentani, memanjang dari barat ke
timur. Jadi teringat sebelum pesawat mendarat, burung besi mengitari danau
sehingga tampak pemandangan yang indah.
Di bukit Makatur ini
terdapat situs Tugu MacArthur, sebuah tugu berwarna dasar hitam kuning
bertahtakan pedang dan tongkat runcing atau tombak. Di tugu itu ada prasasti
yang menerangkan secara singkat mengenai sejarah tempat ini. Terdapat juga bangunan kecil museum
yang isinya menceritakan sepak terjang Jenderal MacArthur selama PD II.
|
kota Sentani, landasan bandara, dan danau di 'belakang'nya |
Dari bukit Makatur ini, yang tingginya 325 meter
di atas permukaan laut (mdpl) kita dapat lepas melihat dengan jelas hamparan
Danau Sentani, pulau-pulau kecil di tengahnya, perbukitan yang mengelilingi
danau, dan juga pemandangan gunung Cyclops. Pesona danau dari berbagai sudut
pandang sangat memukau. Danau Sentani dan beberapa pulau kecil di tengahnya
terlihat begitu indah. Dari sini pula apabila ada pesawat tinggal landas atau
take off, kita dapat melihatnya secara jelas. Menurut
Poeloeng Catur, teman yang berdinas di Sentani, kita bisa membayangkan seperti
kita sedang memainkan pesawat mainan dari kejauhan. Hmmm….
Ada juga
kisah kunjungan ke Ifar Gunung yang ditulis seorang Ibu dalam blog-nya. Dia yang
juga berkunjung ke sana di sela-sela tugas kantor, sama seperti saya, namun
sangat menarik Ibu ini menulisnya dengan melengkapi referensi tentang MacArthur,
khususnya tentang sequel MacArthur sehingga membangun barak militer di Ifar
Gunung Sentani, yang kemudian didirikan monument MacArthur di situ : http://edratna.wordpress.com/2007/08/14/napak-tilas-jejak-jend-mac-arthur-di-ifar-gunung-sentani/
Tidak hanya indahnya alam yang mengesankan saya dalam
kunjungan ke Papua, tapi juga merasakan penghormatan yang sangat membanggakan
dari rekan-rekan di sana, orang-orang di sekitar dimana saya tinggal sementara,
dan keramah-tamahan yang luar biasa dari orang yang saya temui. Semua itu
menjadikan saya ingin ke Papua lagi….
|
Jalan ke tepi danau halus... melintasi pohonan sagu |
|
tampak kampung di pulau tengah danau |
|
bersampan ke kampung pulau tengah danau |
|
bersama penebang / pengolah sagu |
|
aktifitas penebangan / pengolahan sagu |
|
di Sentani masjid dan gereja berdampingan damai |
|
Makan papeda |
|
Kabut sering menyelimuti Sentani |
|
Pusat Perbelanjaan Sentani |
|
Jalan menuju Jayapura dari Sentani |
|
Jalan ke bukit Makatur |
|
tampak kampung di pulau tengah danau |
|
prasasti MacArthur in 'bahasa'
|
|
Gunung Cyclops yang seringkali diselimuti kabut / awan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar