Tulisan ini saya buat karena berita PT Kereta Api Indonesia (KAI) baru saja mendapat award dalam ajang BUMN Award 2012 dalam empat kategori; dan kebetulan baru seminggu yang lalu menggunakan jasa kereta api. Saya ingin share pengalaman naik kereta ekonomi Logawa (jurusan Purwokerto - Surabaya - Jember). Terkait penghargaan tersebut yang meliputi Inovasi Manajemen BUMN Terbaik, Inovasi Layanan Terbaik, Inovasi Produk Jasa BUMN Terbaik dan CEO BUMN Terbaik 2012, KAI pun dinobatkan sebagai the best of the best BUMN.
Kereta api dalam beberapa tahun terakhir memang mengalami kemajuan pesat dalam pelayanan dan inovasi. Contoh kecil saya lihat di stasiun Purwokerto, tidak hanya counter pelayanan penjualan / pemesanan tiket, di mana dulu konsumen berkomunikasi melalui lobang kaca dan kurangnya interaksi dengan petugas untuk mencari informasi.
Kini ada counter customer service yang digawangi wanita-wanita muda dengan pakaian rapi dan tampak lebih profesional. Kita bisa bertanya tentang berbagai hal seperti jadwal keberangkatan, harga tiket, kelas kereta, dll. Dulu informasi hanya disediakan di papan pengumuman, yang kadang kalau tidak up date oleh kita sendiri, kita akan kecele...
Misalnya saya pernah mengalami, niat dari rumah akan naik KRDE (Kereta Rel Diesel Eksekutif) Maguwo jurusan Purwokerto-Jogja jam 5 pagi. Sudah bangun pagi dan berengkat mruput dari rumah ... eh ternyata kereta api tsb sudah tidak beroperasi. Konon karena ada perbaikan system AC. Tapi belakangan resmi ditutup karena sepi penumpang. Beberapa hari sebelumnya saya ke stasiun dan melihat di papan jadwal kereta api, KRDE masih terpampang. Saat ke stasiun lagi untuk menggunakan KRDE, hanya ada tulisan kecil di pintu masih peron "KRDE Maguwo sedang dalam perbaikan sampai waktu yang belum ditentukan". Alamak...
Kondisi stasiun juga relatif lebih bersih. Larangan merokok di berbagai tempat seperti peron penumpang dan penunggu serta antrian pembelian tiket kelihatan dipatuhi. Mini market 24 jam juga beroperasi di stasiun, demikian pula ada ATM di dekat parkiran. Peron penumpang hanya khusus untuk calon penumpang, tidak ada lagi orang 'klekaran' tidur di lantai atau bangku-bangku panjang peron.
Karena KRDE yang ber-AC sudah tidak beroperasi, maka saya naik KA Logawa untuk perjalanan ke Kutoarjo. Sekalipun kereta ekonomi, namun cukup bersih. Tidak ada sampah berserakan. Toilet juga bisa digunakan dan air mengalir dari kran yang tersedia.
Mulai berangkat dari Purwokerto tepat jam 06.00, untuk sampai Kutoarjo hanya butuh 2 jam (bahkan kurang 5 menit). Kalau menggunakan bus atau kendaraan pribadi sekalipun, akan memakan waktu 3 jam. Sekalipun tidak ber-AC karena masih pagi maka udara masih segar dan nyaman saja. Penumpang juga tidak berdesakan karena disesuaikan dengan jumlah kursi yang tersedia. Karena tepat waktu dan cepat maka saya untuk kunjungan ke Purworejo, Kutoarjo, Kebumen lebih suka naik kereta api.
Kalau dulu ada pengemis / pengamen yang naik kereta, kini sudah tidak ada lagi. Untuk pedagang asongan, dari Purwokerto sampai Kroya belum ada yang naik ke atas kereta (kecuali di Purwokerto saat kereta masih persiapan berangkat). Namun mulai stasiun Kroya mulai ada pedagang asongan yang naik dan berjualan di atas kereta yang berjalan.
Ada yang jualan nasi pecel, mendoan, minuman, dan oleh-2 khas yang lain. Ini kontradiktif dengan tulisan di spanduk besar yang terpampang di hall stasiun "Pedangang Asongan Dilarang Naik ke Atas Kereta Api". Petugas pun rupanya tidak melarang alias membiarkan saja para pedagang asongan ini berjualan di atas kereta api. Mungkin memang sulit melarang mereka berjualan, terlebih dengan alasan-alasan ekonomi dan dapat dianggap mematikan sektor informal, namun yang disayangkan antara tulisan (aturan) tidak konsisten dengan pelaksanaan. Mendingan spanduk larangan diturunin saja... pikir saya.
Stiker larangan merokok di dalam kereta tertempel di setiap gerbong. Namun satu-dua penumpang masih merokok di bordes. Saya pun sampai harus bilang ke security kereta "Itu kok pada merokok ya pak... kan ada larangan merokok", karena dari tadi saya melihat security yang kebetulan duduk di depan saya diam saja, padahal asap rokok masuk ke dalam karena pintu bordes tidak bisa tertutup rapat. Baru setelah saya ngomong, security itu memberitahu penumpang agar tidak merokok di kereta.
Pengalaman saya naik KA Logawa tentu bagian kecil dari keseluruhan manajemen pelayanan dan inovasi yang telah dilakukan oleh jajaran perkeretaapian, dan tidak akan mengganggu atau mengurangi nilai penghargaan yang diperoleh oleh PT KAI sebagai best of the best BUMN. Hanya saja hal-hal kecil perlu diperhatikan dan diketahui manajemen, agar inovasi dan aturan tidak hanya di atas kertas tapi konsisten dilakukan di lapangan.
Kereta api dalam beberapa tahun terakhir memang mengalami kemajuan pesat dalam pelayanan dan inovasi. Contoh kecil saya lihat di stasiun Purwokerto, tidak hanya counter pelayanan penjualan / pemesanan tiket, di mana dulu konsumen berkomunikasi melalui lobang kaca dan kurangnya interaksi dengan petugas untuk mencari informasi.
CS Stasiun Purwokerto |
Misalnya saya pernah mengalami, niat dari rumah akan naik KRDE (Kereta Rel Diesel Eksekutif) Maguwo jurusan Purwokerto-Jogja jam 5 pagi. Sudah bangun pagi dan berengkat mruput dari rumah ... eh ternyata kereta api tsb sudah tidak beroperasi. Konon karena ada perbaikan system AC. Tapi belakangan resmi ditutup karena sepi penumpang. Beberapa hari sebelumnya saya ke stasiun dan melihat di papan jadwal kereta api, KRDE masih terpampang. Saat ke stasiun lagi untuk menggunakan KRDE, hanya ada tulisan kecil di pintu masih peron "KRDE Maguwo sedang dalam perbaikan sampai waktu yang belum ditentukan". Alamak...
Kondisi stasiun juga relatif lebih bersih. Larangan merokok di berbagai tempat seperti peron penumpang dan penunggu serta antrian pembelian tiket kelihatan dipatuhi. Mini market 24 jam juga beroperasi di stasiun, demikian pula ada ATM di dekat parkiran. Peron penumpang hanya khusus untuk calon penumpang, tidak ada lagi orang 'klekaran' tidur di lantai atau bangku-bangku panjang peron.
Gerbong KRDE Maguwo - sayang berhenti beroperasi |
Mulai berangkat dari Purwokerto tepat jam 06.00, untuk sampai Kutoarjo hanya butuh 2 jam (bahkan kurang 5 menit). Kalau menggunakan bus atau kendaraan pribadi sekalipun, akan memakan waktu 3 jam. Sekalipun tidak ber-AC karena masih pagi maka udara masih segar dan nyaman saja. Penumpang juga tidak berdesakan karena disesuaikan dengan jumlah kursi yang tersedia. Karena tepat waktu dan cepat maka saya untuk kunjungan ke Purworejo, Kutoarjo, Kebumen lebih suka naik kereta api.
Kalau dulu ada pengemis / pengamen yang naik kereta, kini sudah tidak ada lagi. Untuk pedagang asongan, dari Purwokerto sampai Kroya belum ada yang naik ke atas kereta (kecuali di Purwokerto saat kereta masih persiapan berangkat). Namun mulai stasiun Kroya mulai ada pedagang asongan yang naik dan berjualan di atas kereta yang berjalan.
Ada yang jualan nasi pecel, mendoan, minuman, dan oleh-2 khas yang lain. Ini kontradiktif dengan tulisan di spanduk besar yang terpampang di hall stasiun "Pedangang Asongan Dilarang Naik ke Atas Kereta Api". Petugas pun rupanya tidak melarang alias membiarkan saja para pedagang asongan ini berjualan di atas kereta api. Mungkin memang sulit melarang mereka berjualan, terlebih dengan alasan-alasan ekonomi dan dapat dianggap mematikan sektor informal, namun yang disayangkan antara tulisan (aturan) tidak konsisten dengan pelaksanaan. Mendingan spanduk larangan diturunin saja... pikir saya.
Stiker larangan merokok di dalam kereta tertempel di setiap gerbong. Namun satu-dua penumpang masih merokok di bordes. Saya pun sampai harus bilang ke security kereta "Itu kok pada merokok ya pak... kan ada larangan merokok", karena dari tadi saya melihat security yang kebetulan duduk di depan saya diam saja, padahal asap rokok masuk ke dalam karena pintu bordes tidak bisa tertutup rapat. Baru setelah saya ngomong, security itu memberitahu penumpang agar tidak merokok di kereta.
Pengalaman saya naik KA Logawa tentu bagian kecil dari keseluruhan manajemen pelayanan dan inovasi yang telah dilakukan oleh jajaran perkeretaapian, dan tidak akan mengganggu atau mengurangi nilai penghargaan yang diperoleh oleh PT KAI sebagai best of the best BUMN. Hanya saja hal-hal kecil perlu diperhatikan dan diketahui manajemen, agar inovasi dan aturan tidak hanya di atas kertas tapi konsisten dilakukan di lapangan.