Bupati Garut Aceng Fikri menjadi bupati terpopuler di Indonesia bahkan dunia saat ini. Sayang popularitas Aceng bukan karena prestasinya sebagai pejabat publik dengan pembangunan daerahnya, namun karena kelakuannya yang memalukan, menikahi gadis usia 18 th hanya 4 hari, alias 'nikah kilat'. Kemarin saya sudah post komentar, kata-kata yang sangat menohok kesakralan lembaga perkawinan adalah 'gak sesuai spek ya dikembalikan'. Duh...
Nah Golkar sebagai tempat Aceng bergabung sejak 2011, segera akan memecatnya. Prestasi politik Aceng sebenarnya bisa dibilang bagus, bila dilihat dari kemenangannya dalam Pilkada 2009 bersama Diky Chandra melalui jalur independen. Sangat jarang pasangan independen memenangkan pilkada. Sayang perilaku Aceng mencoreng dirinya sendiri. Dan Golkar sebagai partai yang ingin memenangkan Pemilu 2014 harus mengambil sikap untuk tidak dianggap 'toleran' pada kader-kader yang berpeilaku buruk. "Kita di partai tidak melihat partai kalau ada niat gabung ke Golkar welcome, kalau kenyataannya begini, kami lebih suka kehilangan kader daripada melihat kader beretika buruk," tutur Nurul Arifin salah satu petinggi Golkar.
Keputusan Golkar memecat Aceng tentu sudah tepat, artinya Golkar dalam hal ini pro pada integritas yang harus dikedepankan dan terus diperjuangkan di negeri ini. Persoalan integritas ini menjadi keprihatinan bersama karena belum menjadi kesadaran semua pihak, terbukti adanya pejabat publik yang melakukan tindakan korupsi bisa mendapatkan promosi jabatan atau bisa mengikuti pemilihan bupati. Semoga pemecatan Aceng menjadi momentum bagi Golkar untuk juga melakukan hal sama pada kader-kader lain yang tidak menjunjung tinggi integritas, termasuk kader yang korup. Busro Muqoddas dan Anies Baswedan dalam satu forum mengatakan, ketika trend dunia menuju pengedepanan integritas, Indonesia malah mengalami penurunan integritas, terbukti dengan meningikatnya korupsi. Tapi bukan berarti kita kehilangan harapan.
Semua partai politik harus mengedepankan integritas ini. Tidak ada toleransi pada kader yang korup, berperilaku 'menyimpang', melanggar etika dan kesusilaan. Demikian juga di birorkasi dan jajaran penegak hukum. Juga masyarakat, selalu harus terus diingatkan akan jejak rekam calon pejebat/pemimpin sehingga tidak salah memilih. Mulai dari Pilkades, Pilbup, Pilgub dan Pilpres serta pileg. Kasus nikah kilat Bupati Garut Aceng hendaknya kita jaidkan momentum untuk memacu kesadaran kita semua untuk lebih mengedepankan integritas (pro integritas) dalam memilih pemimpin maupun integritas di semua lini kehidupan.
Momentum pengedepanan integritas ini sudah dimulai antara lain dari pigub DKI Jakarta, di mana publik lebih memilih JOKOWI - AHOK. Dan terbukti gebrakan AHOK dalam rapat-rapat dinas menujukkan sikap tegas dan sangat pro integritas, terutama terkait penggunaan anggaran untuk mencegah praktek kong kalikong dan korupsi.
Demikian 'uneg-uneg' warga negara.... Yuk kita bangkit!
Nah Golkar sebagai tempat Aceng bergabung sejak 2011, segera akan memecatnya. Prestasi politik Aceng sebenarnya bisa dibilang bagus, bila dilihat dari kemenangannya dalam Pilkada 2009 bersama Diky Chandra melalui jalur independen. Sangat jarang pasangan independen memenangkan pilkada. Sayang perilaku Aceng mencoreng dirinya sendiri. Dan Golkar sebagai partai yang ingin memenangkan Pemilu 2014 harus mengambil sikap untuk tidak dianggap 'toleran' pada kader-kader yang berpeilaku buruk. "Kita di partai tidak melihat partai kalau ada niat gabung ke Golkar welcome, kalau kenyataannya begini, kami lebih suka kehilangan kader daripada melihat kader beretika buruk," tutur Nurul Arifin salah satu petinggi Golkar.
Keputusan Golkar memecat Aceng tentu sudah tepat, artinya Golkar dalam hal ini pro pada integritas yang harus dikedepankan dan terus diperjuangkan di negeri ini. Persoalan integritas ini menjadi keprihatinan bersama karena belum menjadi kesadaran semua pihak, terbukti adanya pejabat publik yang melakukan tindakan korupsi bisa mendapatkan promosi jabatan atau bisa mengikuti pemilihan bupati. Semoga pemecatan Aceng menjadi momentum bagi Golkar untuk juga melakukan hal sama pada kader-kader lain yang tidak menjunjung tinggi integritas, termasuk kader yang korup. Busro Muqoddas dan Anies Baswedan dalam satu forum mengatakan, ketika trend dunia menuju pengedepanan integritas, Indonesia malah mengalami penurunan integritas, terbukti dengan meningikatnya korupsi. Tapi bukan berarti kita kehilangan harapan.
Semua partai politik harus mengedepankan integritas ini. Tidak ada toleransi pada kader yang korup, berperilaku 'menyimpang', melanggar etika dan kesusilaan. Demikian juga di birorkasi dan jajaran penegak hukum. Juga masyarakat, selalu harus terus diingatkan akan jejak rekam calon pejebat/pemimpin sehingga tidak salah memilih. Mulai dari Pilkades, Pilbup, Pilgub dan Pilpres serta pileg. Kasus nikah kilat Bupati Garut Aceng hendaknya kita jaidkan momentum untuk memacu kesadaran kita semua untuk lebih mengedepankan integritas (pro integritas) dalam memilih pemimpin maupun integritas di semua lini kehidupan.
Momentum pengedepanan integritas ini sudah dimulai antara lain dari pigub DKI Jakarta, di mana publik lebih memilih JOKOWI - AHOK. Dan terbukti gebrakan AHOK dalam rapat-rapat dinas menujukkan sikap tegas dan sangat pro integritas, terutama terkait penggunaan anggaran untuk mencegah praktek kong kalikong dan korupsi.
Demikian 'uneg-uneg' warga negara.... Yuk kita bangkit!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar