Kamis, 22 Oktober 2009

Bangsa pelupa lagi pemaaf....

Kita ditakdirkan menjadi bangsa pelupa dan pemaaf.... (?)


Baru saja dilantik Presiden RI hasil pemilu 2009: Soesilo Bambang Yoedhoyono (SBY) dan Boediono. Yang memimpin sidang pelantikan tanggal 20 Oktober 2009 itu adalah Ketua MPR Taufik Kiemas (TK). Ada kekeliruan (tepatnya mungkin kekonyoloan), yang diakui sebagai manusiawi, yang dibuat oleh sang ketua MPR. Salah menyebut nama, lupa tidak menyebut tamu kehormatan, salah ucap (doktor dibaca dokter, mister dibaca mester, dll).

Media cetak dan TV pun memuat berita 'keseleo lidah' ini. Namun ada satu media cetak terbesar yang tidak menyinggung hal ini. Mungkin sengaja agar cepat lupa, dan rakyat lebih fokus kepada program presiden dan wakilnya. Ada yang bilang 'memprihatinkan'. Ada yang komentar 'pantas, lah wong gak pernah ikut rapat, 'kan suka mbolos...' (komentar ini menggarisbawahi kesukaan TK mbolos saat menjadi anggota DPR periode sebelumnya). Untuk angka yang tinggi atas ketidakhadiran beliau, kita mungkin bisa maklum, karena sebagai politisi sekaligus suami dari Megawati sering mendampingi dalam kunjungan2 ke daerah.

Namun untuk salah baca teks pidato yang sudah disiapkan, dan sudah pula dilakukan gladi kotor - gladi resik, kok sampai terjadi keseleo? Bukankah ini forum puncak dari serangkaian kegiatan politik bernama Pemilu yang panjang? Ini sepele, tapi kok ya cukup membuat 'cacat' (kecil sih) atas seremoni yang seharusnya khidmat dan sakral tsb.

Namun, sebagaimana judul tulisan, kita ini adalah bangsa pelupa lagi pemaaf... Permakluman atas kejadian tsb segera muncul, dan sebentar juga lupa atas kejadian yang sebetulnya 'tidak pantas' itu. Ada banyak hal yang jauh lebih penting daripada sekedar keseleo lidah itu... Antara lain: kepedulian dan keprihatinan elite atas kondisi bangsa yang --mengutip Syafi'i Ma'arif-- belum menemukan jalan yang benar untuk mencapai tujuannya. Sampai-sampai Buya Ma'arif menulis opini 'Kabinet minus Mimik Prihatin' demi melihat tawa ceria calon menteri yang dipanggil SBY di Cikeas, yang seakan lupa kalau kondisi berbagai bidang negeri ini masih jauh dari harapan.

Lupa... lupa, lupa, lupa, lupa..... (#kuburan#)

Sabtu, 03 Oktober 2009

Batik, songket, ulos...

Seorang teman tidak hanya menabahkan batik untuk karya bangsa yang diakui sebagai warisan dunia berasal dari Indonesia. Tapi juga ulos, songket... (bahkan secara guyon koteka). Ya, tentu karena sangat banyak ragam pakaian bernuansa motif nusantara genuine... tidka hanya batik.
Di tiap daerah ada khas motif pakaian dan mungkin bahan yang digunakan. Ini tentu sebuah sejarah yang panjang. Namun membuktikan bahwa bangsa ini adalah bangsa kreatif.
Apa selain batik, ulos, songket, yang bisa dibanggakan dan diajukan sebagai warisan asli negeri kita?
berpose dengan batik...


ayu 2 dan ganteng...


senyum.....