Sabtu, 15 Desember 2012

PT KAI: Best of the Best BUMN dan pengalaman naik KA Logawa

Tulisan ini saya buat karena berita PT Kereta Api Indonesia (KAI) baru saja mendapat award dalam ajang BUMN Award 2012 dalam empat kategori; dan kebetulan baru seminggu yang lalu menggunakan jasa kereta api. Saya ingin share pengalaman naik kereta ekonomi Logawa (jurusan Purwokerto - Surabaya - Jember). Terkait penghargaan tersebut yang meliputi Inovasi Manajemen BUMN Terbaik, Inovasi Layanan Terbaik, Inovasi Produk Jasa BUMN Terbaik dan CEO BUMN Terbaik 2012, KAI pun dinobatkan sebagai the best of the best BUMN.

Kereta api dalam beberapa tahun terakhir memang mengalami kemajuan pesat dalam pelayanan dan inovasi. Contoh kecil saya lihat di stasiun Purwokerto, tidak hanya counter pelayanan penjualan / pemesanan tiket, di mana dulu konsumen berkomunikasi melalui lobang kaca dan kurangnya interaksi dengan petugas untuk mencari informasi.

CS  Stasiun Purwokerto
Kini ada counter customer service yang digawangi wanita-wanita muda dengan pakaian rapi dan tampak lebih profesional. Kita bisa bertanya tentang berbagai hal seperti jadwal keberangkatan, harga tiket, kelas kereta, dll. Dulu informasi hanya disediakan di papan pengumuman, yang kadang kalau tidak up date oleh kita sendiri, kita akan kecele...

Misalnya saya pernah mengalami, niat dari rumah akan naik KRDE (Kereta Rel Diesel Eksekutif) Maguwo jurusan Purwokerto-Jogja jam 5 pagi. Sudah bangun pagi dan berengkat mruput dari rumah ... eh ternyata kereta api tsb sudah tidak beroperasi. Konon karena ada perbaikan system AC. Tapi belakangan resmi ditutup karena sepi penumpang. Beberapa hari sebelumnya saya ke stasiun dan melihat di papan jadwal kereta api, KRDE masih terpampang. Saat ke stasiun lagi untuk menggunakan KRDE, hanya ada tulisan kecil di pintu masih peron "KRDE Maguwo sedang dalam perbaikan sampai waktu yang belum ditentukan". Alamak...

Kondisi stasiun juga relatif lebih bersih. Larangan merokok di berbagai tempat seperti peron penumpang dan penunggu serta antrian pembelian tiket kelihatan dipatuhi. Mini market 24 jam juga beroperasi di stasiun, demikian pula ada ATM di dekat parkiran. Peron penumpang hanya khusus untuk calon penumpang, tidak ada lagi orang 'klekaran' tidur di lantai atau bangku-bangku panjang peron.

Gerbong KRDE Maguwo - sayang berhenti beroperasi
Karena KRDE yang ber-AC sudah tidak beroperasi, maka saya naik KA Logawa untuk perjalanan ke Kutoarjo. Sekalipun kereta ekonomi, namun cukup bersih. Tidak ada sampah berserakan. Toilet juga bisa digunakan dan air mengalir dari kran yang tersedia.

Mulai berangkat dari Purwokerto tepat jam 06.00, untuk sampai Kutoarjo hanya butuh 2 jam (bahkan kurang 5 menit). Kalau menggunakan bus atau kendaraan pribadi sekalipun, akan memakan waktu 3 jam. Sekalipun tidak ber-AC karena masih pagi maka udara masih segar dan nyaman saja. Penumpang juga tidak berdesakan karena disesuaikan dengan jumlah kursi yang tersedia. Karena tepat waktu dan cepat maka saya untuk kunjungan ke Purworejo, Kutoarjo, Kebumen lebih suka naik kereta api.

Kalau dulu ada pengemis / pengamen yang naik kereta, kini sudah tidak ada lagi. Untuk pedagang asongan, dari Purwokerto sampai Kroya belum ada yang naik ke atas kereta (kecuali di Purwokerto saat kereta masih persiapan berangkat). Namun mulai stasiun Kroya mulai ada pedagang asongan yang naik dan berjualan di atas kereta yang berjalan.

Ada yang jualan nasi pecel, mendoan, minuman, dan oleh-2 khas yang lain. Ini kontradiktif dengan tulisan di spanduk besar yang terpampang di hall stasiun "Pedangang Asongan Dilarang Naik ke Atas Kereta Api". Petugas pun rupanya tidak melarang alias membiarkan saja para pedagang asongan ini berjualan di atas kereta api. Mungkin memang sulit melarang mereka berjualan, terlebih dengan alasan-alasan ekonomi dan dapat dianggap mematikan sektor informal, namun yang disayangkan antara tulisan (aturan) tidak konsisten dengan pelaksanaan. Mendingan spanduk larangan diturunin saja... pikir saya.

Stiker larangan merokok di dalam kereta tertempel di setiap gerbong. Namun satu-dua penumpang masih merokok di bordes. Saya pun sampai harus bilang ke security kereta "Itu kok pada merokok ya pak... kan ada larangan merokok", karena dari tadi saya melihat security yang kebetulan duduk di depan saya diam saja, padahal asap rokok masuk ke dalam karena  pintu bordes tidak bisa tertutup rapat. Baru setelah saya ngomong, security itu memberitahu penumpang agar tidak merokok di kereta.

Pengalaman saya naik KA Logawa tentu bagian kecil dari keseluruhan manajemen pelayanan dan inovasi yang telah dilakukan oleh jajaran perkeretaapian, dan tidak akan mengganggu atau mengurangi nilai penghargaan yang diperoleh oleh PT KAI sebagai best of the best BUMN. Hanya saja hal-hal kecil perlu diperhatikan dan diketahui manajemen, agar inovasi dan aturan tidak hanya di atas kertas tapi konsisten dilakukan di lapangan.






Selasa, 11 Desember 2012

Siapkah Banyumas menjadi "Holiday City"

Banyumas sebuah kabupaten di Jawa Tengah bagian barat dengan ibukota Purwokerto, dimana saya tinggal saat ini, ingin menjadikan dirinya sebagai daerah tujuan liburan. Kerannya sebagai 'kota liburan' atau 'holiday city'. Demikian yang diinginkan oleh Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas. Keinginan yang luar biasa dan penuh tantangan.

Kenapa saya sebut penuh tantangan? Karena tentu saja untuk menuju sebagai kota liburan memerlukan magnet yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berlibur ke Purwokerto atau Banyumas secara umum. Magnet apakah yang diandalkan? Cukukah Baturaden, taman kota Andhang Pangrenan dan Serayu River Voyage menjadi magnet? (tiga lokasi ini disebut oleh pejabat di Dinporabudpar sebagai bagian upaya menjadikan Banyumas kota liburan). Demikian pula adanya festival-festival budaya (grebeg sura di Baturaden, festival perahu Serayu), sudahkah menjadi magnet?

Selain magnet berupa obyek kunjungan, juga kultur masyarakatnya sebagai kota tujuan liburan, sudahkan siap?

Purwokerto sebenarnya bisa menjadi Jogja dalam bentuk mini. Kenapa? Jogja sudah menjadi kota kedua bagi banyak orang, terutama mereka yang pernah sekolah/kuliah di Jogja. Sebagai sentra pendidikan tinggi, Jogja sudah melahirkan alumni yang tersebar di Nusantara bahkan dunia, dan sekali waktu mereka ingin menengok kota kenangan dimana mereka pernah dibesarkan dan belajar. Selain itu posisinya sebagai kota pelajar dan mahasiswa yang banyak mendatangkan pelajar/mahasiswa dari luar kota menjadikan kota ini selalu ramai. Coba dihitung berapa banyak sekolah dan perguruan tinggi di Jogja? Setiap awal tahun ajaran pasti banyak yang menuju Jogja untuk mendaftar sekolah/PT. Kemudaian berapa kali dalam setahun perguruan-2 tinggi itu mewisuda lulusan-2 baru? Pada saat wisuda pastilah orang tua dan keluarga terdekat hadir menyaksikan anaknya diwisuda.

Makanya dari sektor pendidikan saja, Jogja sudah mendapat berkah. Belum menghitung wisata budaya dan alam. Hotel dan penginapan di Jogja memiliki tingkat okupansi tinggi dan tarifnya pun boleh dibilang lebih tinggi dari kota lain. Demikian pula dengan harga tiket pesawat dari / ke Jogja, karena kepadatan penumpangnya, lebih mahal dari / ke Semarang dengan tujuan Jakarta misalnya.

Nah Purwokerto punya Unsoed, UMP, sekolah-sekolah tinggi dan akademi, dan sekolah-2 menengah favorit. Pastilah mendatangkan juga pelajar / mahasiswa dari luar kota, dan alumninya tentu sudah menyebar kemana-mana. Suatu saat para alumninya ini tentu ingin menengok Purwokerto. Secara tidak langsung, maka Purwokerto mendapat berkah dari sektor pendidikan ini. Rumah makan (kuliner), cafe, restoran, hotel menjadi bisnis yang menarik. Makanya hotel-hotel baru bermunculan dan dibangun. Untuk wisata belanja, maka sudah ada Moro yang menjadi tujuan belanja warga sekitar Banyumas seperti Purbalingga, Pemalang (bagian atas perbatasan dengan Purbalingga), Banjarnegara, Cilacap, dan Bumiayu.

Kini sedang dibangun Rita Super Mall di depan alun-alun Purwokerto, konon juga Carefour di Jl. Jend Sudirman depan ruko Kodim. Hotel Aston telah megah berdiri, Horizon sedang direhab, hotel Widodo di Jl Ovis sedang renovasi dan hotel Santika sedang dibangun di Jl Gerilya, Belum hotel-hotel dan penginapan di Baturaden. Menyaksikan perkembangan Purwokerto saat ini, khususnya di era Mardjoko (bukan kampanye nih...), pemandangan kota memang banyak berubah. Bangunan Isola yang semula mangkrak telah menjadi pusat belanja Rita, renovasi alun-alun, bekas terminal lama yang dijadikan taman kota,  menjadi ikon-ikon baru yang menandakan kota ini sedang berbenah menjadi lebih maju dan modern. Beberapa ruas jalan tampak lebih lebar misalnya Jl. dr Angka.

Selain penambahan dan pembenahan sarana fisik perlu dibenahi pula --dan ini sangat penting-- adalah sikap mental warga Banyumas. Keramahan dan kejujuran modal sangat penting yang akan membuat mereka yang berlibur di Banyumas (Purwokerto) ingin kembali. Demikian pula keamanan, menjadi faktor penting penilaian pengunjung suatu kota.Image positif tentang keamanan dan kenyamanan ini perlu dibangun bersama.

Saya punya pengalaman di Bali, dua kali ketinggalan barang (bawaan), semua dikembalikan. Pertama, ketika saya sedang belanja baju-baju dan suvenir di daerah Kuta, setelah transaksi saya pergi .... eh kurang lebih berjalan 100-an meter dari arah belakang ada yang memanggil "Pak... Pak... Pak yang pakai baju kuning... kacamata ketinggalan Pak..". Saya pun menoleh dan sadar kacamata hitam saya yang tadi saya pakai di pantai tidak ada di tangan, tidak pula menggantung di baju. Wow luar biasa ini pegawai dan pemilik toko, mau mengantarkan dan mengejar saya yang sudah berjalan cukup jauh untuk mengantar kaca mata hitam yang harganya tidak mahal-mahal amat. Ini bukti masyarakat Bali sudah benar-benar sadar wisata...

Yang kedua, terjadi di Bandara Ngurah Rai. Seperti biasa menunggu pesawat saya dan beberapa teman mencari smoking area sambil minum kopi. Maka saya naik lantai 2 di situ ada cafe yang berhadapan dengan laut lepas dan menyaksikan lalu lalang pesawat yang take off dan landing. Ketika ada panggilan penumpang dengan penerbangan sekian-sekian harap naik ke pesawat, saya pun bergegas turun dari cafe itu. Dan.... terjadi lagi, bawaan saya berupa boneka oleh-oleh untuk anak saya yang saya tenteng dalam tas plastik tertinggal. Saya tersadar kalau itu tertinggal setelah dari belakang ada yang memanggil "Pak... Pak... bonekanya ketinggalan Pak..." Wow... dalam dua hari saya mengalami dua kejadian sama, barang ketinggalan disusulkan dan kembali ke saya. Bali memang sangat-sangat nyaman dan aman pikir saya.

Kejadian yang saya alami sendiri di Bali sungguh memberi kesan kalau masyarakat Bali benar-benar sadar wisata. Tidak mengambil yang bukan haknya, dan dengan segera mengejar si empunya. Nah hal-hal yang mungkin terlihat sepele ini harus menjadi kesadaran bersama dan disosialisasi. Belum masalah parkir di wisata, yang kadang tidak wajar. Sudah secara resmi ada tarif parkir, tapi ada 'parkir partikelir' yang masih menarik uang parkir kepada pengunjung.Yuk kita dukung Banyumas dengan pusatnya kota Purwokerto menjadi holiday city.
HOTEL ASTON Purwokerto


               



Sabtu, 08 Desember 2012

Belum ke Purbalingga kalau belum menikmati 'es duren kombinasi'

Untuk urusan kuliner khas Purbalingga bahkan kuliner khas Banyumas, es durian (Jawa: es duren) Pak Kasdi dengan nama depot 'Es Duren Kombinasi' boleh menjadi salah satu nominasi. Anda pencinta kuliner boleh dibilang belum ke kota Purbalingga kalau belum menikmati es durian Pak Kasdi, yang terletak di sebelah selatan jembatan Kali Klawing, di depan Kodim Purbalingga (tepatnya di depan Tugu Bancar yang terletak di sebelah utara Kodim). Dari alun-alun Purbalingga ke timur melewati dua perempatan lalu di depan Kodim belok kiri, nah sebelum jembatan Kali Klawing depot es durian berada di kiri jalan.

Ee durian "kombinasi" Pak Kasdi memang sudah terkenal. Teman-teman dari luar kota kalau mau ke Purwokerto atau Banyumas mesti menanyakan dimana minum es durian yang enak dan yang terkenal itu. Tamu dari luar kota pun yang pecinta kuliner, tidak lupa selalu harus diajak ke depot es durian Pak Kasdi ini.

Jangan heran kalau es durian ini selalu ada tersedia, baik kala musim durian maupun sedang tidak musim buah durian. Sekalipun di daerah Anda tidak ada penjual durian alias sedang tidak musim buah durian, namun di es durian kombinasi selalu ada saja es durian. Pak Kasdi selalu bisa mendatangkan buah durian dari luar kota melalui jaringan yang sudah dijalin sejak lama.

Usaha Pak Kasdi saat ini banyak yang meniru, namun es durian di depan Tugu Bancar ini tidak ada yang menandingi rasa khasnya. Dalam racikan es durian Pak Kasdi, daging buah durian disiram gula merah cair dan santan kelapa segar, ditambah serutan es batu hingga menggunung. Tak berhenti sampai disitu, gunungan es durian itu masih disiram susu kental manis dan sesendok cokelat panas. Hmmm... nyamy,, nyamy,,, mak nyess ditaburi aroma buah durian bercampur manis susu dan legitnya coklat.

Daftar harga es duren
Bagi yang menghindari durian, Pak Kasdi juga menyediakan es kelapa kopyor yang tak kalah enak... kopyornya terasa gurih. Juga ada es campur (e sbuah). Saat ini buka cabang di Purwokerto di depan GOR Satria Purwokerto dan di Purbalingga ada juga di dekat taman kota (eks pasar lama Purbalingga). Harganya? Saat saya terakhir ke sana awal Desember 2012 semangkuk es durian Rp. 12.000,-, es duren + kelapan kopyor Rp. 20.000,- es kelapa kopyor Rp. 10.000,- es campur Rp. 6.000,-


Suasana depot es duren Pak Kasdi

Rabu, 05 Desember 2012

Nikah kilat Bupati Aceng dan momentum pengedepanan integritas

Bupati Garut Aceng Fikri menjadi bupati terpopuler di Indonesia bahkan dunia saat ini. Sayang popularitas Aceng bukan karena prestasinya sebagai pejabat publik dengan pembangunan daerahnya, namun karena kelakuannya yang memalukan, menikahi gadis usia 18 th hanya 4 hari, alias 'nikah kilat'. Kemarin saya sudah post komentar, kata-kata yang sangat menohok kesakralan lembaga perkawinan adalah 'gak sesuai spek ya dikembalikan'. Duh...

Nah Golkar sebagai tempat Aceng bergabung sejak 2011, segera akan memecatnya. Prestasi politik Aceng sebenarnya bisa dibilang bagus, bila dilihat dari kemenangannya dalam Pilkada 2009 bersama Diky Chandra melalui jalur independen. Sangat jarang pasangan independen memenangkan pilkada. Sayang perilaku Aceng mencoreng dirinya sendiri. Dan Golkar sebagai partai yang ingin memenangkan Pemilu 2014 harus mengambil sikap untuk tidak dianggap 'toleran' pada kader-kader yang berpeilaku buruk. "Kita di partai tidak melihat partai kalau ada niat gabung ke Golkar welcome, kalau kenyataannya begini, kami lebih suka kehilangan kader daripada melihat kader beretika buruk," tutur Nurul Arifin salah satu petinggi Golkar.

Keputusan Golkar memecat Aceng tentu sudah tepat, artinya Golkar dalam hal ini pro pada integritas yang harus dikedepankan dan terus diperjuangkan di negeri ini. Persoalan integritas ini menjadi keprihatinan bersama karena belum menjadi kesadaran semua pihak, terbukti adanya pejabat publik yang melakukan tindakan korupsi bisa mendapatkan promosi jabatan atau bisa mengikuti pemilihan bupati. Semoga pemecatan Aceng menjadi momentum bagi Golkar untuk juga melakukan hal sama pada kader-kader lain yang tidak menjunjung tinggi integritas, termasuk kader yang korup. Busro Muqoddas dan Anies Baswedan dalam satu forum mengatakan, ketika trend dunia menuju pengedepanan integritas, Indonesia malah mengalami penurunan integritas, terbukti dengan meningikatnya korupsi. Tapi bukan berarti kita kehilangan harapan.

Semua partai politik harus mengedepankan integritas ini. Tidak ada toleransi pada kader yang korup, berperilaku 'menyimpang', melanggar etika dan kesusilaan. Demikian juga di birorkasi dan jajaran penegak hukum. Juga masyarakat, selalu harus terus diingatkan akan jejak rekam calon pejebat/pemimpin sehingga tidak salah memilih. Mulai dari Pilkades, Pilbup, Pilgub dan Pilpres serta pileg. Kasus nikah kilat Bupati Garut Aceng hendaknya kita jaidkan momentum untuk memacu kesadaran kita semua untuk lebih mengedepankan integritas (pro integritas) dalam memilih pemimpin maupun integritas di semua lini kehidupan.

Momentum pengedepanan integritas ini sudah dimulai antara lain dari pigub DKI Jakarta, di mana publik lebih memilih JOKOWI - AHOK. Dan terbukti gebrakan AHOK dalam rapat-rapat dinas menujukkan sikap tegas dan sangat pro integritas, terutama terkait penggunaan anggaran untuk mencegah praktek kong kalikong dan korupsi.

Demikian 'uneg-uneg' warga negara.... Yuk kita bangkit!

Selasa, 04 Desember 2012

Kasus Bupati Aceng: melecehkan lembaga perkawinan

"Pas saya beli ternyata 'lho, tidak sesuai speknya,' ya nggak apa-apa dikembalikan," kata Aceng HM Fikri, Bupati Garut. Astaghfirullahal'adziem.... Na'udzubillah mindzalik.... Sesimpel dan 'sekerdil' itu pemikiran seorang Bupati menyikapi sebuah pernikahan? Ini benar-benar perilaku yang bebal, tidak tahu malu, dan sungguh merendahkan martabat dan melecehkan lembaga perkawinan. Terlebih dengan komentar: "Saya sudah keluar uang hampir habis Rp 250 juta, hanya nidurin satu malam. Nidurin artis saja tidak harga segitu," kata Aceng kepada majalah detik, Sabtu (1/12/2012). Bupati Aceng dikabarkan meminta uangnya kembali dari Fany Octora (FO) (18). Apa bedanya yang dilakukan Aceng dengan mendatangi tempat komersial seks? Agama menjadi bungkus bagi nafsu birahinya agar merasa sah berhubungan dengan FO. Nikah siri, lalu setelah 'berhubungan' cerai.

Saya bukan ahli agama, tetapi ketika agama menjadi kedok perilaku emacam yang dilakukan Aceng itu, batin ini berontak. Tidak bisa menerima dengan nyaman alasan-alasan yang diberikan. Terlalu! meminjam istilah Bang Rhoma Irama. Apakah memang agama memberikan semacam 'window dressing' atau 'exit window' semacam nihak siri yang dilakukan Aceng untuk memberikan 'jalan sah dan halal' demi memenuhi keinginan hasrat pada seorang perempuan? Kalau demiikian, setelah cerai dari Aceng si FO bisa dong dinikahi orang lain... atau sebaliknya Aceng menikahi siri perempuan lain.... sehari, dua hari atau beberapa hari kemudian cerai? ini logika sederhana dari alasan-alasan yang dibuat Aceng. "Yang nggak apa-apa dikembalikan" ... ini sungguh alasan dungu dari seorang yang menjabat Bupati.

Undang-undang memang tidak mengatur bagaimana perilaku Bupati Aceng dikenai sangsi Yang ada sangsi moral dari masyarakat. Tapi yang namanya sangsi moral tidak lah berkekuatan hukum. Dan, ketika nilai-nilai makin dipersepsi ralatif, apakah itu nilai kesusilaan, keagamaan, adat yang menjadi common sense masyarakat, maka orang-orang dengan kedunguan seperti Bupati Aceng akan banyak bermunculan. 


Rute paling nyaman dan cepat perjalanan Purwokerto - Kendal

Kadang kita tidak tahu atau ragu-ragu rute perjalanan yang harus ditempuh untuk menuju suatu kota. Seperti perjalanan Purwokerto ke Kendal, rute mana yang paling nyaman dilalui dan relatif bisa lebih cepat? Kalau kita bertanya ke google maps, kita mendapat petunjuk beberapa alternatif rute, info jarak (km) dan waktu tempuh,  bahkan belokan-belokan (kanan/kiri) yang dilalui. Namun tidak menginformasikan kondisi jalan apakah mulus, lebar jalan, turunan dan tanjakan yang ada. Misalnya perjalanan dari Purwokerto ke Kendal, kota di sebelah barat Semarang di timur Pekalongan / Batang, rute mana yang paling nyaman dan cepat dilalui?

Nah untuk yang nantinya membutuhkan info ini, kali ini saya ingin berbagi pengalaman. Pada hari Senin (3/12/12) yang lalu dengan kendaraan pribadi pikiran yang pertama melintas adalah jalur Purwokerto-Purbalingga-Banjarnegara-Wonosobo-Parakan-Sukorejo-Weleri-Kendal. Kenapa? karena jalur tsb adalah jalur dengan jalan yang relatif lebar (kelas propinsi) dan setahu saya banyak truk / bus sedang melewati jalur tsb. Kalau menuruti rute yang disarankan google lewat Banjarnegara ke utara atau Wonosobo ke utara akan melawati jalan kelas 3 (kabupaten) yang lebih sempit dan pasti akan melawati banyak tikungan, tanjakan dan turunan karena melalui daerah pegunungan dekat Dieng.

Praktis dari Banjarnegara - Wonosobo - Parakan terus belok kiri ke Ngadirejo - Sukorejo sampai ke Weleri kita akan menemui banyak tikungan, tanjakan dan turunan. Apalagi dari Sukorejo turun ke Weleri banyak kita temui tikungan tajam. Saya berangkat jam 06.30 dari Purwokerto sampai Kendal jam 12-an dengan istirahat 2 kali untuk isi bahan bakar dan sarapan di rumah makan Bu Carik Parakan.

Karena rute melalui Parakan-Sukorejo yang banyak tikungan dan kalau malam hari pasti gelap karena melewati hutan, maka pulangnya saya putuskan ambil rute Kendal-Batang-Pekalongan-Pemalang-Randudongkal-Purbalingga-Purwokerto. Di rute ini -- dari Kendal sampai Pemalang -- kendaraan bisa melaju kencang karena jalur pantura yang terbagi dalam beberepa ruas jalur. Dari Pemalang belok kiri ke Randudongkal belum menemui tikungan tajam, namun dari Randudongkal sampai ke Karangmojo dan Bobotsari kita akan melalui banyak tanjakan, tikungan dan jalan agak menyempit. Namun melalui rute ini kita menemui lebih sedikit tikungan, tanjakan/turunan dibandingkan kalau kita melewati rute Banjarnegara-Wonosobo-Parakan-Weleri. Jadi perjalanan bisa lebih singkat. Dari Kendal berangkat jam 17.00 sampai Purwokerto jam 21.30 dengan istirahat dua kali di SPBU dan rumah makan untuk makan malam. Lebih cepat kurang lebih 1 jam ketimbang perjalanan berangkat.

Jadi bagi anda yang mau perjalanan dari Purwokerto ke Kendal atau kota-kota yang sejajar seperti Weleri, Batang, Pekalongan dan Pemalang -- atau sebaliknya -- saya sarankan melalui jalur Purwokerto-Purbalingga-Randudongkal-Pemalang-Pekalongan-Batang-Kendal. Kalau dengan angkutan umum (bus): Purwokerto-Pemalang, lalu pindah bus jurusan Semarang di terminal Pemalang. Untuk travel setahu saya dari Purwokerto hanya sampai ke Pekalongan (yang melalui Pemalang) atau Semarang (melalui Wonosobo-Temanggung) dan tidak ada yang melewati Kendal.

Demikian sekedar berbagi....

Sabtu, 01 Desember 2012

Kepemimpinan Jokowi dan kharisma yang tidak bisa dibeli

Pagi ini (2/12/12) tanpa sengaja menyaksikan 'blusukan' Jokowi ke sekolah-sekolah membagikan Kartu Jakarta Pintar (KJP), di sebuah acara infotainment televisi. KJP ini menurut info yang saya baca adalah  sejenis ATM yang bisa akses ke ATM Bank DKI yang digunakan oleh mereka yang mendapat bantuan pemprov DKI. Bantuan untuk penerima akan ditransfer (pindahbukukan) melalui rekening tiap bulan dan si penerima mengambil uangnya di ATM. Ini terobosan yang luar biasa, karena dana bantuan langsung di-akses oleh si penerima, tanpa melalui perantara birokrasi, sehingga bantuan tidak bisa 'disunat'. Dari segi biaya, memang akan timbul biaya pencetakan kartu, penyediaan ATM Bank DKI yang mungkin harus ditambah, dll. Tapi inilah harga yang harus dibayar untuk pencegahan korupsi dan lebih menjamin bantuan diterima oleh warga.

"Blusukan" Jokowi seperti dikatakan sendiri bukan main-main. Sekalipun mendapat kritik antara lain dari mantan Gubernur DKI Sutoyoso, Jokowi terus saja blusukan ke kampung-kampung di Jakarta. Dia ingin mendengar langsung dari rakyat permasalahan yang dihadapi. Pengalaman sebelumnya di birokrasi mungkin membuat dia 'kapok' menerima laporan hanya dari staf yang tidak valid dan melaporkan yang baik-baik saja (ABS). Nah kesukaan Jokowi 'blusukan' ini yang membuat acara infotainment pun tergerak untuk menayangkan kegiatan JOKOWI. Kalau biasanya infotaniment memberitakan yang terkait politik hanya sebatas pada pemberitaan artis yang terjun di politik, misalnya pemberitaan Angelia Sondakh dalam kasus korupsi atau Rhoma Irama yang ingin nyapres, ini lain dari biasanya. Seorang JOKOWI yang bukan berasal dari artis masuk berita infotaiment.

Menurut saya ini karena kharisma Jokowi yang hebat. Ya hebat di tengah krisis (ketiadaan) pemimpin yang mau berbaur, mau nyambangi rakyat, mau mendengar langsung derita rakyat, dan kesederhanaan yang ditampilkan telah sedikit memberi harapan akan "kepemimpinan yang seharusnya". JOKOWI adalah oase. Bagaimana dia mau berdesak-desakan dengan warga, meninjau langsung banjir, kampung kumuh, pengapnya angkutan umum adalah aktifitas yang langka seorang pejabat negeri ini. Bagi yang apriori, ini akan dinilai sebagai pencitraan, apalagi yang dilakukan pada saat kampanye. Tapi terbukti ketika sudah menjabat pun Jokowi tetap saja blusukan. Nah kegiatan yang tidak main-main ini menjadikan kharisma tersendiri bagi Jokowi. Peran media pastilah ada dalam menyebarluaskan aktifitas Jokowi ini, tapi tetap saja 'perasaan publik' berbeda kalau bukan karena kesungguhan dari Jokowi sendiri.

(Jokowi membedakan dengan pejabat yang dalam kunjungan ke daerah-daerah anak-anak sekolah dan warga berbaris di pinggir-pinggir jalan, melambaikan bendera saat pejabat itu lewat, diiringi voorrjder, dengan pegawalan ketat. Penuh protokoler, formalistik dan berkesan tidak tulus)

Kita lihat betapa para pemimpin politik dan calon pemimpin lainnya berusaha membangun citranya dengan memasang baliho dimana-mana, dicitrakan pro UKM, sering tampil di acara-acara TV (yang sebelumnya bukan merupakan kegiatan rutinnya), iklan radio/TV dan liputan-liputan media yang memang diarahkan untuk semakin menonjolkan popularitas calon pemimpin ini. Di belakangnya pastilah para ahli / konsultan media mengatur sedemikian rupa dengan target dan analisis tertentu. Tapi apakah pencitraan demikian akan mengena di hati rakyat? Apakah 'perasaan publik' akan 'ikhlas' menerima pemimpin yang by design dibesarkan media? Bukan besar dari dirinya sendiri?

Saya jadi ingat pepatah "kharisma tidak bisa dibeli". Apalagi kharisma pemimpin atau mereka yang ingin jadi pemimpin. Secara guyon teman saya berkata: ada kharisma yang bisa dibeli yaitu 'H*nda kharisma' (hmm... ini kan merk motor).

MP 02-Des-12 (foto:  poskota.com)