Selasa, 11 Desember 2012

Siapkah Banyumas menjadi "Holiday City"

Banyumas sebuah kabupaten di Jawa Tengah bagian barat dengan ibukota Purwokerto, dimana saya tinggal saat ini, ingin menjadikan dirinya sebagai daerah tujuan liburan. Kerannya sebagai 'kota liburan' atau 'holiday city'. Demikian yang diinginkan oleh Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas. Keinginan yang luar biasa dan penuh tantangan.

Kenapa saya sebut penuh tantangan? Karena tentu saja untuk menuju sebagai kota liburan memerlukan magnet yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berlibur ke Purwokerto atau Banyumas secara umum. Magnet apakah yang diandalkan? Cukukah Baturaden, taman kota Andhang Pangrenan dan Serayu River Voyage menjadi magnet? (tiga lokasi ini disebut oleh pejabat di Dinporabudpar sebagai bagian upaya menjadikan Banyumas kota liburan). Demikian pula adanya festival-festival budaya (grebeg sura di Baturaden, festival perahu Serayu), sudahkah menjadi magnet?

Selain magnet berupa obyek kunjungan, juga kultur masyarakatnya sebagai kota tujuan liburan, sudahkan siap?

Purwokerto sebenarnya bisa menjadi Jogja dalam bentuk mini. Kenapa? Jogja sudah menjadi kota kedua bagi banyak orang, terutama mereka yang pernah sekolah/kuliah di Jogja. Sebagai sentra pendidikan tinggi, Jogja sudah melahirkan alumni yang tersebar di Nusantara bahkan dunia, dan sekali waktu mereka ingin menengok kota kenangan dimana mereka pernah dibesarkan dan belajar. Selain itu posisinya sebagai kota pelajar dan mahasiswa yang banyak mendatangkan pelajar/mahasiswa dari luar kota menjadikan kota ini selalu ramai. Coba dihitung berapa banyak sekolah dan perguruan tinggi di Jogja? Setiap awal tahun ajaran pasti banyak yang menuju Jogja untuk mendaftar sekolah/PT. Kemudaian berapa kali dalam setahun perguruan-2 tinggi itu mewisuda lulusan-2 baru? Pada saat wisuda pastilah orang tua dan keluarga terdekat hadir menyaksikan anaknya diwisuda.

Makanya dari sektor pendidikan saja, Jogja sudah mendapat berkah. Belum menghitung wisata budaya dan alam. Hotel dan penginapan di Jogja memiliki tingkat okupansi tinggi dan tarifnya pun boleh dibilang lebih tinggi dari kota lain. Demikian pula dengan harga tiket pesawat dari / ke Jogja, karena kepadatan penumpangnya, lebih mahal dari / ke Semarang dengan tujuan Jakarta misalnya.

Nah Purwokerto punya Unsoed, UMP, sekolah-sekolah tinggi dan akademi, dan sekolah-2 menengah favorit. Pastilah mendatangkan juga pelajar / mahasiswa dari luar kota, dan alumninya tentu sudah menyebar kemana-mana. Suatu saat para alumninya ini tentu ingin menengok Purwokerto. Secara tidak langsung, maka Purwokerto mendapat berkah dari sektor pendidikan ini. Rumah makan (kuliner), cafe, restoran, hotel menjadi bisnis yang menarik. Makanya hotel-hotel baru bermunculan dan dibangun. Untuk wisata belanja, maka sudah ada Moro yang menjadi tujuan belanja warga sekitar Banyumas seperti Purbalingga, Pemalang (bagian atas perbatasan dengan Purbalingga), Banjarnegara, Cilacap, dan Bumiayu.

Kini sedang dibangun Rita Super Mall di depan alun-alun Purwokerto, konon juga Carefour di Jl. Jend Sudirman depan ruko Kodim. Hotel Aston telah megah berdiri, Horizon sedang direhab, hotel Widodo di Jl Ovis sedang renovasi dan hotel Santika sedang dibangun di Jl Gerilya, Belum hotel-hotel dan penginapan di Baturaden. Menyaksikan perkembangan Purwokerto saat ini, khususnya di era Mardjoko (bukan kampanye nih...), pemandangan kota memang banyak berubah. Bangunan Isola yang semula mangkrak telah menjadi pusat belanja Rita, renovasi alun-alun, bekas terminal lama yang dijadikan taman kota,  menjadi ikon-ikon baru yang menandakan kota ini sedang berbenah menjadi lebih maju dan modern. Beberapa ruas jalan tampak lebih lebar misalnya Jl. dr Angka.

Selain penambahan dan pembenahan sarana fisik perlu dibenahi pula --dan ini sangat penting-- adalah sikap mental warga Banyumas. Keramahan dan kejujuran modal sangat penting yang akan membuat mereka yang berlibur di Banyumas (Purwokerto) ingin kembali. Demikian pula keamanan, menjadi faktor penting penilaian pengunjung suatu kota.Image positif tentang keamanan dan kenyamanan ini perlu dibangun bersama.

Saya punya pengalaman di Bali, dua kali ketinggalan barang (bawaan), semua dikembalikan. Pertama, ketika saya sedang belanja baju-baju dan suvenir di daerah Kuta, setelah transaksi saya pergi .... eh kurang lebih berjalan 100-an meter dari arah belakang ada yang memanggil "Pak... Pak... Pak yang pakai baju kuning... kacamata ketinggalan Pak..". Saya pun menoleh dan sadar kacamata hitam saya yang tadi saya pakai di pantai tidak ada di tangan, tidak pula menggantung di baju. Wow luar biasa ini pegawai dan pemilik toko, mau mengantarkan dan mengejar saya yang sudah berjalan cukup jauh untuk mengantar kaca mata hitam yang harganya tidak mahal-mahal amat. Ini bukti masyarakat Bali sudah benar-benar sadar wisata...

Yang kedua, terjadi di Bandara Ngurah Rai. Seperti biasa menunggu pesawat saya dan beberapa teman mencari smoking area sambil minum kopi. Maka saya naik lantai 2 di situ ada cafe yang berhadapan dengan laut lepas dan menyaksikan lalu lalang pesawat yang take off dan landing. Ketika ada panggilan penumpang dengan penerbangan sekian-sekian harap naik ke pesawat, saya pun bergegas turun dari cafe itu. Dan.... terjadi lagi, bawaan saya berupa boneka oleh-oleh untuk anak saya yang saya tenteng dalam tas plastik tertinggal. Saya tersadar kalau itu tertinggal setelah dari belakang ada yang memanggil "Pak... Pak... bonekanya ketinggalan Pak..." Wow... dalam dua hari saya mengalami dua kejadian sama, barang ketinggalan disusulkan dan kembali ke saya. Bali memang sangat-sangat nyaman dan aman pikir saya.

Kejadian yang saya alami sendiri di Bali sungguh memberi kesan kalau masyarakat Bali benar-benar sadar wisata. Tidak mengambil yang bukan haknya, dan dengan segera mengejar si empunya. Nah hal-hal yang mungkin terlihat sepele ini harus menjadi kesadaran bersama dan disosialisasi. Belum masalah parkir di wisata, yang kadang tidak wajar. Sudah secara resmi ada tarif parkir, tapi ada 'parkir partikelir' yang masih menarik uang parkir kepada pengunjung.Yuk kita dukung Banyumas dengan pusatnya kota Purwokerto menjadi holiday city.
HOTEL ASTON Purwokerto


               



Tidak ada komentar:

Posting Komentar