Sabtu, 28 April 2012

Melintasi Parakan: jejak tua kota lama

Seringnya saya melakukan perjalanan Purwokerto-Semarang, menjadikan Parakan sebagai kota yang makin terngiang di pikiran untuk tahu lebih jauh tentang kota ini. Melintasi kota ini selalu melihat dokar --alat transportasi tua -- yang masih berahan di kota ini. Terus melewati jalan sempit padat dengan bangunan kuno yang masih tampak jejak-jejaknya. Masjid, gudang, atau bangunan bekas toko dan rumah tinggal. Ada juga klenteng, jembatan kuno.

Ketertarikan saya mungkin karena pernah membaca di kota ini dilahirkan tokoh pejuang Mohamad Roem (penandatangan perjanjian Roem-Rojen). Kemudian pencarian lebih jauh tentang Parakan menemukan hal yang 'mencengangkan'. Bahwa para penabuh gamelan dari Parakan adalah para penabuh musik tradisional Jawa yang konon kemudian mengilhami musikus Perancis Claude Debussy menciptakan karya-karyanya. Ini saya baca di  http://warisanindonesia.com/2012/04/slamet-abdul-sjukur-hubungan-gelap-debussy-dengan-gamelan-jawa/  :
"Ceritanya, pada tahun 1889, ada l’exposition universelle sebagai peringatan 100 tahun Revolusi Prancis di penjara Bastille. Suatu festival besar-besaran diselenggarakan, termasuk didirikannya Menara Eiffel menandai peringatan sejarah tersebut. Belanda juga diundang ikut merayakan karena mereka punya koloni di Indonesia. Belanda memamerkan teh hasil perkebunan Parakan Salak, dan sebagai penggembiranya, orang orang dari perkebunan tersebut bermain gamelan bersama empat penari yang waktu itu masih berusia 14 tahunan. Menurut dokumen festival, Claude Debussy saban hari datang ke situ. Kagum." kata Tokoh Musik Kontemporer Slamet Abdul Sjukur.

Ya, Parakan, Kabupaten Temanggung memang kota yang diapit dua gunung: Sumbing dan Sindoro, yang lerengnya subur dan tempat tumbuh tanaman sayur-mayur, tembakau dan tentu saja teh.

Kota ini juga melegenda dengan Bambu Runcing, di mana banyak pejuang kemerdekaan melakukan 'penyepuhan' senjata tradisional bambu runcing agar 'bertuah' sebagai senjata melawan penjajah, dengan tokoh bambu runcing yang terkenal adalah KH Subchi (tentang ini silahkan baca: http://ahbabanas.blogspot.com/2011/04/kiai-dan-bambu-runcing.html?showComment=1335659927999#c7307086632608455409 ).

Maka saya pun, dari atas kendaraan, jeprat-jepret pada obyek yang menunjukkan jejak tua kota ini. Hasilnya jangan ditanya secara kualitas teknis gambar... :) saya hanya ingin mengabadikan di sepanjang lintasan yang dilalui, obyek-obyek  yang menunjukkan jejak-jejak lama Parakan.

dokar ngetem di depan pasar tradisional
Dokar di Parakan 'berebut' jalan dengan angkot
                                                    
jelang Parakan dari arah Wonosobo
                                                       
Masjid di Parakan yang pasti bersejarah
                
pemukiman padat tengah kota Parakan
                                                           
Bangunan tua Parakan yang tersisa
                                                           
Gudang tua - Jejak lama Parakan
Kota Perjuangan Hizbullah, namun agama / kebudayaan lain juga hidup
               
monumen di tengah kota Parakan

jembatan kuno, sayang ada mobil berpapasan ...

perbatasan Parakan - Bulu ... jembatan air atau kereta ya?

lereng gunung yang subur

gudang tembakau modern

1 komentar:

  1. gudang tua, tadinya gedung bioskop, wisnu theater. emang bangunan tua, ngga tau dulunya apa sblum mjd gdung bioskop.

    BalasHapus