Rabu, 30 Januari 2013

Duh... PKS! Duh... KPK!

Tengah malam tergangun.... buka smartphone. Di status contact BB seorang teman tertulis: Duh PKS. Ada apalagi ini, tanyaku di batin. Terus setel TV jelang el classico Madrid vs Barca, breaking news dan headline news berita TV dini hari tadi semua soal penangkapan Luthfi Hasan Ishaq (LHI), presiden PKS, oleh KPK. Oh ... rupanya teman tadi mengkomentari tertangkapnya LH terkait suap daging impor.... Berita soal Raffi dan Wanda pun tidak seheboh kemarin.

PKS telah menjadi fenomena sejak pendiriannya. Bahkan buku khusus membahas PKS (Dilema PKS -- Burhanudin Muhtadi) menjadi best seller. Slogan partai dakwah, bersih dan peduli menjadi jargon partai ini. Dan, karenanya penangkapan LHI pun menjadi sangat ironis, bagaimana mungkin partai yang memproklamirkan diri sebagai dakwah, ketua / presiden-nya melanggar prinsip amanah? Memang seperti kata petinggi partai ini, Nur Hidayat Wahid dan Anis Matta, bahwa kasus yang menimpa LHI murni urusan pribadi dan tidak terkait dengan partai. Namun, pertanyaan sederhana adalah: kalau LHI bukan presiden PKS atau bukan anggota dewan, kira-kira importir daging akan menyuap dia 'gak ya?

Memang nanti keputusan pengadilan yang akan mem-vonis dia bersalah atau tidak. Tapi mengatakan ini urusan pribadi semata, apa iya sih? Pasalnya, tentu pihak penyuap punya kepentingan tertentu, berharap power yang dimiliki oleh LHI dalam jabatannya dapat memperlancar kepentingan-kepentingannya.

Dengan penangkapan LHI maka hampir di semua parpol politisinya tersandung kasus korupsi. Tak terkecuali partai yang berbasis konstituen kalangan yang ingin mengedepankan nilai-nilai agama lebih diakomodir dalam kehidupan sosial politik. Kasus yang menimpa LHI semakin memperparah dugaan bahwa para politisi dari kalangan agama hanya menjadikan agama sebagai kedok, sebagai bahan jualan kampanye, namun ujung-ujungnya bertujuan memperkaya diri sendiri, Agama hanya menjadi tunggangan. Secara demikian, nilai-nilai moralitas yang didengungkan berasal dari nilai agama, semakin menemukan tantangan dari kalangan yang berfikir sekularistik, atau kalangan yang menganggap bahwa keberagamaan itu pure urusan pribadi, jangan dibawa-bawa ke ranah politik.

PKS pun dengan kasus ini akan semakin menuai kritik dan harus mencari alasan-alasan yang tetap dapat melegitimasi citranya sebagai partai dakwah. Sebagai partai yang jelas-jelas menjadikan Islam sebagai asas, apakah nantinya para kader yang akan dimintai sebagai saksi-saksi akan bersikap jujur dan adil atas perkara ini. Bagi KPK sendiri, setelah berani menjadikan seorang presiden partai menjadi tersangka, beranikah menjadikan tersangka ketua partai lain yang sudah lama disebut-sebut dalam kasus korupsi yang nilainya lebih besar? Kalau tidak bisa mengungkap tuntas kasus Hambalang alias hanya menangkap aktor-aktor yang di permukaan saja, mungkin kita harus bilang : Duh, KPK!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar