Minggu, 18 November 2012

Gaya komunikasi AHOK: pil pahit yang harus ditelan

Beredarnya video AHOK ke publik melalui YouTube, baik video rapat dengan dinas PU Pemprov DKI dan video-video aktifitas lainnya wakil gubernur yang bernama lengkap BASUKI TJAHAJA PURNAMA mengundang pujian, tapi juga kritikan. Gayanya memimpin rapat yang tidak formal seperti diakuinya sendiri, langsung to the point, ceplas-ceplos, tanpa basa-basi mengagetkan sementara pihak yang masih memandang bahwa semestinya memimpin rapat di pemerintahan tidak seperti itu. Pandangan ini mewakili stereotype birokrasi itu penuh dengan etika, sopan santun, berbicaranya tenang dan tertata, dan tidak ada kata-kata kasar atau ungkapan bahasa keseharian 'loe, gue'. Terlebih dengan sengaja dipublikasikan, dianggap mempermalukan jajaran dinas Pemrpov DKI. Gaya AHOK dinilai MENOHOK birokrasi.

Terlepas dari materi yang dibahas, gaya AHOK sebenarnya biasa, bahkan sangat biasa. Di swasta tertentu, rapat-rapat diadakan dengan efektif, pembicaraan to the point pada materi yang dibahas. Tidak banyak basa-basi seperti kalimat pembuka "kepada yang terhormat bapak fulan, kepada yang terhormat ...." dengan menyebut satu per satu pejabat yang hadir atau basa-basi yang lain. Saya bukan PNS, tapi pernah mengikuti beberapa rapat di pemerintahan memang rasanya membosankan. Sambutan-2 pejabat terasa hambar tanpa dinamika, datar, dan dengan bahasa yang kelihatan santun beretika, tapi sebenarnya tidak 'ngeh', tidak menggigit. Mungkin ada yang tidak seperti yang pernah saya ikuti, tapi mungkin juga tidak banyak.

AHOK mengingatkan pada sosok Jusuf Kalla (JK) yang menurut saya juga tidak penuh basa-basi, gaya bicara yang antusias, ada penekanan pada kata kunci yang ingin ditonjolkan, dengan mata berbinar dan sorot mata menyapu semua audience. Semangat. AHOK lebih bersemangat lagi dan bagi kalangan tertentu menjurus kasar. Mungkin karena keduanya lahir dan besar di lingkungan swasta, bukan PNS karier. Atau karena keduannya bukan orang JAWA yang secara kultur memiliki gaya komunikasi berbeda?

Ini bukan soal suku mana berasal sebenarnya. Tapi lebih karena urgensi-nya dimana kondisi negeri kita ini memang sedang memerlukan sosok-sosok pemberani, yang mau melawan arus demi Indonesia baru yang lebih bersih. Carut marut negeri ini memerlukan pemimpin yang tegas, terbuka, penuh semangat, dan berkomitmen tinggi. Ahok menayangkan video itu ke YouTube tentu ingin membuktikan apa yang dikerjakan demi JAKARTA BARU. Bahwa kampanye-nya bukan slogan semata, tapi dibuktikan dengan kinerja. Sebagai langkah awal 'pengobatan' pada kondisi birokrasi yang sakit, gaya AHOK adalah pil pahit yang harus ditelan. Saya yakin kalau birokrasi di bawahnya sudah pada track yang diinginkan oleh JOKOWI-AHOK, gaya mereka tidak akan 'kasar' lagi (menurut mereka yang menganggap kasar).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar