Minggu, 20 Juli 2014

Tiga Macam Kelebihan Lailatul Qadar

Ada apa gerangan di sepulu hari terakhir Ramadhan? Sepuluh hari terakhir bulan suci Ramadhan adalah momen yang baik untuk banyak beramal. Karena setiap amalan dinilai dari akhirnya dan ummat Islam berupaya untuk mendapatkan lailatul qadar, malam seribu bulan.

Salah satu amalan di sepuluh hari terakhir itu dengan I’tikaf. Pengertian I’tikaf –secara bahasa-- adalah berdiam diri, yakni tetap di atas sesuatu. Sedangkan dalam pengertian syari'ah, I’tikaf  berarti berdiam diri di masjid, sebagai ibadah sunnah yang dikerjakan di setiap waktu dan diutamakan pada bulan suci Ramadhan, lebih dikhususkan di sepuluh hari terakhir untuk mengharapkan datangnya lailatul qadar.

Sebagian ulama mengatakan jika ibadah I’tikaf hanya bisa dilakukan dengan berpuasa. I’tikaf sendiri memiliki banyak tujuan. Selain untuk menghidupkan sunnah Rasulullah SAW dalam rangka pencapaian ketakwaan, I’tikaf juga sebagai salah satu bentuk penghormatan kita dalam meramaikan bulan suci Ramadhan yang penuh berkah dan rahmat dari Allah SWT.

Menunggu saat-saat yang baik untuk turunnya lailatul qadar melalui I’tikaf, nilainya sama dengan ibadah seribu bulan sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al Quran. I’tikaf pun mampu membina rasa kesadaran imaniyah kepada Allah dan tawadlu' di hadapan-Nya sebagai mahluk Allah yang lemah.

I’tikaf dianggap sah apabila dilakukan di masjid dan memenuhi rukun-rukunnya seperti niat yang betul-betul mengharap ridla dan pahala dari-Nya, Berdiam di masjid dengan diiringi tafakkur, dzikir, berdoa dan lainya, Islam, Suci, dan Akil baligh. I’tikaf sah jika dilakukan di masjid yang digunakan untuk sholat Jum’at.

Menurut mazhab Syafi'i, I’tikaf dapat dilakukan kapan saja dan dalam waktu apa saja tanpa batasan lamanya seseorang ber-I’tikaf. Begitu seseorang masuk ke dalam masjid dan berniat I’tikaf maka sah-lah I’tikafnya. I’tikaf pun dapat dilakukan selama satu bulan penuh, atau dua puluh hari. Dan yang lebih utama adalah selama sepuluh hari terakhir bulan suci Ramadhan.

Dan saat melakukan Itikaf, hendaknya menghindarkan hal-hal yang membatalkan niat ber-I’tikaf. Seperti berbuat dosa besar, bercampur dengan istri, hilang akal karena gila atau mabuk, murtad (keluar dari agama) dan datang haid atau nifas dan semua yang mendatangkan hadas besar.

Selain itu, hal lain yang bisa membatalkan niat I’tikaf yakni keluar dari masjid tanpa ada keperluan yang mendesak atau uzur, karena maksud I'tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dengan tujuan hanya untuk ibadah. Kemudian orang yang sakit dan membawa kesulitan dalam melaksanakan I’tikaf.

Lailatul Qadar
Keinginan untuk mendapatkan Lailatul Qadar ini bukanlah sesuatu yang tidak beralasan. Rasulullah SAW sendiri menyeru umat Islam untuk menyongsong malam seribu malam ini dalam sabda beliau: Rasulullah SAW bersabda, “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya.” (HR. Bukhari).

Kapan datangnya malam itu? Malam yang istimewa itu masih merupakan tanda tanya, dan tidak diketahui secara pasti kapan datangnya. Nabi Muhammad SAW selalu menjawab sesuai dengan apa yang perditanyakan kepada beliau. Ketika ditanyakan kepada beliau: “Apakah kami mencarinya di malam ini?” beliau menjawab: “Carilah di malam tersebut!”

Salah satu hikmah dirahasiakannya Lailatul Qadar adalah terpompanya kembali semangat beribadah umat Islam di sepertiga terakhir bulan Ramadhan.

“Lailatul Qadr” adalah malam penuh kemuliaan, sebagaimana termaktub dalam firman Allah SWT:

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ.

سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS Al-Qadr: 1-5)

Terdapat banyak riwayat yang menyebutkan tentang waktu terjadinya malam diturunkannya Al-Qur'an ini. Ada yang menyebutkan Lailatul Qadar terjadi pada tanggal 7, 14, 17, 21, 27 dan tanggal 28 Ramadhan. Sebab banyaknya riwayat mengenai kejadian turunnya Al-Qur'an ini, kiranya tidak mungkin mengetahui waktu tepatnya terjadi Lailatul Qadar. Namun umumnya umat Islam Indonesia meningkatkan ibadah pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: “Carilah sedaya-upaya kamu untuk menemui Lailatul Qadar itu pada sepuluh malam ganjil pada akhir Ramadhan”.

Barangkali terdapat sebagian dari kita yang bertanya mengapa waktu Lailatul Qadar tidak ditentukan secara pasti? Dengan kata lain mengapa Allah SWT tidak menjelaskan secara tegas tanggal berapa Lailatul Qadar terjadi? Bisa jadi Allah SWT memang sengaja untuk merahasiakannya dan kita dapat memetik hikmah dari kerahasiaan Lailatul Qadar tersebut, yaitu agar intensitas ibadah tidak tergantung pada hari-hari tertentu, tapi sepanjang waktu.

Tiga Macam Kelebihan Lailatul Qadar

Berdasar ayat 1-5 surat Al-Qadr di atas, malam Lailatul Qadar itu mengandung tiga macam kelebihan yaitu:
1. Orang yang beramal pada malam itu akan mendapat pahala sebanyak lebih dari 1000   bulan yaitu 83 tahun empat bulan
2.  Para malaikat turun ke bumi, mengucapakan salam kesejahteraan kepada orang-orang  yang beriman.
3. Malam itu penuh keberkahan hingga terbit fajar

Menurut hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, menyebutkan bahwa: Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang Lailatul Qadar, lalu beliau menjawab, “Lailatul Qadar ada pada setiap bulan Ramadhan.” (HR. Abu Dawud)

Menurut hadits Aisyah riwayat Bukhari, Nabi Muhamamd SAW bersabda: “Carilah lailatul qadar itu pada tanggal gasal dari sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan.” (HR.  Bukhari)
Menurut pendapat yang lain, Lailatul Qadar itu terjadi pada 17 Ramadlan, 21 Ramadlan, 24 Ramadlan, tanggal gasal pada 10 akhir Ramadlan dan lain-lain. Jadi, mengenai lailatul qadar dalam hal ini, tidak ditemukan keterangan yang menunjukkan tanggal kepastiannya.

Namun ada banyak penjelasan mengenai tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar itu. Diantara tanda-tandanya adalah:
1. Pada hari itu matahari bersinar tidak terlalu panas dengan cuaca sangat sejuk, sebagaimana hadits riwayat Muslim.
2. Pada malam harinya langit nampak bersih, tidak nampak awan sedikit pun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas. Hal ini berdasakan riwayat Imam Ahmad.

Dalam Mu’jam at-Thabari al-Kabir disebutkan bahwa Rasulullah bersabda: “Malam lailatul qadar itu langit bersih, udara tidak dingin atau panas, langit tidak berawan, tidak ada hujan, bintang tidak nampak dan pada siang harinya matahari bersinar tidak begitu panas.”

Nah, agar mendapatkan keutamaan lailatul qadar, maka hendaknya memperbanyak ibadah selama bulan Ramadlan, diantaranya, senatiasa mengerjakan shalat fardhu lima waktu berjama’ah, mendirikan Qiyamul Lail (shalat terawih, tahajjud, dll), membaca Al-Qur’an (tadarus) sebanyak-banyaknya dengan tartil (pelan-pelan dan membenarkan bacaan tajwidnya), memperbanyak dzikir, istighfar dan berdo’a. (sumber nu.or.id, pesantrenvirtual.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar